Persoalan kabut asap belum juga hilang dari langit Indonesia. Tak hanya Riau dan Sumatera Selatan, masalah ini kini merambat ke Maluku dan Papua. Pemerintah dinilai lamban menangani masalah ini, sehingga membuat warga berteriak hingga dunia maya.
Menurut Direktur Kampanye Change.org Indonesia Arief Aziz, masalah kabut asap paling banyak dibuat petisi oleh netizen Indonesia selama setahun pemerintahan jokowi. Hingga saat ini ada lebih dari seribu petisi yang telah dibuat.
"Sampai saat ini ada 1.174 petisi yang menyuarakan darurat asap. Jumlah ini bisa jadi bertambah karena masih belum tuntasnya permasalahan ini," kata Arief.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keresahaannya terhadap masalah kabut asap di daerahnya membuat Rahmi membuat petisi #MelawanAsap. Diceritakannya selama tiga tahun ini, ia berjuang melawan asap lewat blog pribadi, media online dan eletronik. Bahkan tahun lalu ia sempat bertemu langsung dengan presiden. Tapi tetap saja masalah asap tak kunjung terselesaikan.
Akhirnya Rahmi berinisiatif membuat petisi online. Harapannya ia mendapat banyak dukungan agar masalah kabut asap dapat terselesaikan.
"Alhamdulillah petisi online saya ditanggapi langsung oleh Ibu Siti Nurbaya (Meneteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan)," ujarnya.
Meski telah ditanggapi oleh menteri, Rahmi mengaku akan terus berjuang. Pasalnya, masalah kabut asap bukan hanya menghilangkan titik api. Tapi lebih pada dampak setelah terjadi masalah kabut asap ini, terutama soal kesehatan warga.
"Penyakit ISPA dan lainnya itu bukan muncul saat kabut asap terjadi, tapi setelahnya. Saya berharap pemerintah juga mulai konsen terhadap penanganan dampak dari masalah kabut asap," katanya.
Dalam kesempatan ini hadir pula Kepala Greenpeace Indonesia, Longgena. Ia menilai Presiden Jokowi memiliki kesempatan besar menyelamatkan lingkungan dan mendorong pembangunan berkelanjutan seperti diamanatkan dalam Nawacita. Sayangnya, kesempatan setahun ini berlalu tanpa hasil maksimal. Penghancuran hutan dan lahan gambut masih berlangsung dengan kebakaran hutan dan bencana kabut asap yang besar.
"Kebakaran dari Januari dan sekarang sudah mengeluarkan emisi mencapai setara yang dihasilkan negara Jerman pada 2013. Bila hal ini berlanjut sampai akhir tahun kita menyumbang emisi terbesar di dunia mengalahkan Amerika," ujarnya.
Longgena berharap pemerintah berupaya keras untuk mengatasi bencana kebakaran hutan sehingga masalah kabut asap dapat terselesaikan. Ia pun turut memuji usaha pemerintah dalam mengatasi krisis laut. Tak lupa Longgena mengapresiasi upaya para netizen untuk menyuarakan kepedulian lingkungan lewat petisi online.
(ash/ash)