Media sosial telah terbukti mampu menggerakkan massa. Metode ini ikut menginspirasi Forest Stewardship Council (FSC) yang ingin mengajak para netizen agar peduli lingkungan melalui aksi pelestarian hutan.
Tren digital yang sedang berkembang pesat dinilai oleh FSC sebagai momen yang tepat bagi mereka mengusung rangkaian FSC Friday pertamanya dalam bentuk Digital Social Media, yang memanfaatkan platform microsite.
"Tahun ini menjadi awal acara FSC Friday di Indonesia, karena tentunya acara yang sangat baik dan rutin diadakan setiap tahunnya. Ini dapat memberikan arti positif bagi masyarakat Indonesia," kata FSC Representative Indonesia, Hartono Prabowo di Jakarta, Rabu (23/9/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penerapan standar sertifikasi ramah lingkungan FSC sendiri telah digunakan di seluruh dunia dan merupakan satu-satunya standar sertifikasi yang didukung oleh NGO lingkungan, seperti WWF dan Greenpeace.
Saat ini, sertifikasi tersebut digunakan sebagai upaya pengelolaan hutan yang bertanggung jawab pada lebih dari 184 juta hektar yang tersebar di penjuru dunia. Diklaim sudah ada lebih dari 29 ribu perusahaan yang sudah menerapkan standar FSC.
Artinya, 29 ribu perusahaan ini dipastikan telah menghasilkan produk kayu dan kertas yang ramah terhadap lingkungan untuk kemasannya, menghargai hak masyarakat adat, dapat ditelusuri asal usul bahan bakunya, sehingga mendorong keseimbangan alam.
Sementara itu, di Indonesia, baru ada 200 perusahaan yang mempunyai sertifikat. FSC mengatakan, baru ada dua juta hektare hutan yang bersertifikasi FSC. "Itu sebabnya, edukasi menjadi prioritas bagi kami, sehingga tujuan utama FSC, yaitu menjaga kelestarian hutan, mendapatkan tempat yang terpenting," lanjut Hartono.
Selain lewat sosial media, FSC juga punya situs Indonesia Hijau. Hartono berharap, publik memahami kondisi lingkungan saat ini. Melalui platform tersebut, publik turut serta dalam survei untuk mengetahui seberapa besar masyarakat paham akan gaya hidup yang baik terhadap alam.
Pada kesempatan yang sama, wakil dari The Suistainable Trade Initiative, Aris Wanjaya, menuturkan bahwa organisasinya mendukung terwujudnya supply chain perdagangan yang lestari melalui konsep multipihak.
Organisasi ini melihat sertifikasi, baik nasional maupun voluntary, memegang peranan penting dalam menjamin bisnis sebuah komoditas akan kelestarian lingkungan dan hutan.
"Sudah saatnya kami semua belajar pentingnya melindungi kelestarian hutan dan lingkungan. Hal itu sebenarnya bisa dimulai dari kesadaran dan perilaku setiap individu. Dan program ini dapat menjadi awal mula proses pembelajaran yang baik," pungkas Aris. (rou/ash)