Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Pertarungan Go-Jek vs GrabBike, Siapa akan Menang?

Pertarungan Go-Jek vs GrabBike, Siapa akan Menang?


Fino Yurio Kristo - detikInet

Go-Jek (gettyimages)
Jakarta -

Layanan ojek digital, GrabBike dan Go-Jek sepertinya tengah bersaing sengit. Perang tarif diskon sampai berlomba memperbanyak armada menjadi beberapa indikasinya. Siapa bakal menang?

Untuk memikat pelanggan, baik GrabBike dan Go-Jek beberapa kali memberlakukan tarif miring. Saat ini, hanya perlu membayar Rp 5.000 untuk naik GrabBike di wilayah Jakarta. Sedangkan Go-Jek memasang tarif Rp 15 ribu setelah beberapa lama di angka Rp 10 ribu.

Baru kemarin GrabBike melakukan perekrutan pengemudi besar-besaran di Senayan. Hari ini giliran Go-Jek melakukan langkah serupa. Mereka mengiming-imingi pengemudi dengan beberapa fasilitas, terutama pendapatan yang dijanjikan cukup menggiurkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Go-Jek mulai populer di Jakarta sejak awal tahun 2015 ini. Mereka menyediakan layanan cukup lengkap, tidak sebatas mengantar penumpang. Dapat pula untuk membelikan makanan atau mengantar berbagai paket.

Jika rajin, pengemudi Go-Jek bisa meraih pendapatan tak sedikit. Seperti dikatakan oleh pendiri Go-Jek Nadiem Makarim, bahwa misinya memang mensejahterakan tukang ojek dan menyediakan lapangan kerja.

"Kami di sini berusaha untuk menawarkan solusi lapangan pekerjaan bagi yang membutuhkan pekerjaan. Di mana mereka yang hanya punya motor, punya smartphone, dan berkemauan keras bisa bekerja," kata Nadiem beberapa waktu lalu.

Go-Jek pun naik daun dan dianggap menjadi salah satu solusi jitu menembus kemacetan Jakarta. Tapi hanya sebentar Go-Jek bisa berleha-leha. Soalnya pesaing baru muncul dengan nama GrabBike yang berada di bawah payung GrabTaxi.

Awalnya, GrabBike terkesan tidak terlalu agresif. Tapi belakangan mereka kian menunjukkan taringnya dengan berani memasang tarif rendah dan rajin merekrut pengemudi.

Ya, GrabBike dan Go-Jek tidak hanya memperebutkan penumpang tapi juga pengemudi ojek. GrabBike menawarkan sistem bagi hasil 90% untuk pengemudi, sisanya untuk mereka. Sedangkan Go-Jek bagi hasil 80% untuk mereka, selebihnya bagi pengemudi.

Barangkali karena kalah start, maka GrabBike agresif menawarkan fasilitas untuk pengemudi. Misalnya menyediakan asuransi sampai hadiah sepeda motor bagi pengemudi terbaik.

"Kami bekerja sama dengan pihak asuransi untuk meng-cover semua pengemudi GrabBike kami," ungkap Kiki Rizki, Country Head Marketing GrabTaxi Indonesia. Sayang, Rizki tidak menyebutkan dengan perusahaan asuransi mana ia bekerja sama.

GrabBike dan Go-Jek tentu memiliki kelebihan masing-masing. Banyak persamaannya tentu saja, tidak hanya soal layanan tapi juga pendirinya. Pendiri GrabTaxi Anthony Tan asal Malaysia dan pendiri Go-Jek Nadiem Makarim asal Indonesia, sama-sama mengenyam pendidikan di Harvard Business School angkatan tahun 2009.

GrabBike ditunjang modal besar karena GrabTaxi mendapat pendanaan tidak sedikit dari investor kelas kakap. Sedangkan Go-Jek belum banyak diketahui siapa saja penanam dananya.

Jadi siapa yang akan menang dalam rivalitas cukup sengit ini? Waktu dan para penumpang yang akan menentukannya.

(fyk/rns)







Hide Ads