Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Demi Merintis Startup, Pria Ini Rela Lepas Gaji Rp 6,3 Miliar

Demi Merintis Startup, Pria Ini Rela Lepas Gaji Rp 6,3 Miliar


- detikInet

Ray (kanan/businessinsider)
Jakarta -

Demi mengejar impiannya membuka bisnis sendiri, pria ini rela keluar dari pekerjaan mapan di BlackBerry. Bagaimana tidak mapan? Gajinya mencapai USD 500 ribu per tahun atau di kisaran Rp 6,3 miliar.

Pria itu adalah Ray Gillenwater yang saat ini baru berumur 30 tahun. Dahulu, dia memegang beberapa jabatan penting di BlackBerry yang masih bernama Research in Motion (RIM).

Dari profil di LinkedIn, diketahui kalau dia pernah mengemban tugas di Indonesia pada Maret 2010 sampai sekitar setahun kemudian dengan jabatan Distribution Sales Manager. Jabatan terakhirnya adalah Managing Director sebelum memutuskan mengundurkan diri meski gajinya sudah tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ray kemudian merintis perusahaan startup sendiri yang dinamakan SpeakUp. Idenya berasal dari rasa frustasi kala bekerja di BlackBerry di mana berbagai gagasannya kadang sulit disampaikan ke atasan.

SpeakUp adalah aplikasi yang memungkinkan karyawan berbagi ide dan pandangan dengan atasan atau karyawan lain. Jika terjadi masalah, para karyawan bisa saling melempar solusi yang ditanggapi karyawan lain. Semua bisa dilakukan secara anonim.

"Kebanyakan perusahaan kurang bagus dalam hal komunikasi ke atas. Kebanyakan cuma dari atas ke bawah, jadi seperti militer," kata Gillenwater yang dilansir Financial Post dan dikutip detikINET, Selasa (17/2/2015).

"SpeakUp adalah tentang input yang konstruktif. Para manager kadang tidak melihat ada masalah," katanya.

Pengalaman di Indonesia

Ia berkaca pada pengalamannya saat bekerja di Indonesia. Waktu itu, dia akan menandatangani pesanan BlackBerry Black Pearl senilai USD 40 juta untuk pasar Indonesia. Tapi kemudian ia sadar, tak ada rencana marketing untuk mempromosikannya.

"Aku sadar tidak ada rencana marketing untuk produk ini. Aku ini selalu blak-blakan. Jadi aku langsung menghubungi pejabat senior dan memberitahunya kalau kita membutuhkan rencana marketing," paparnya.

Sang atasan langsung setuju. Namun peristiwa itu membuat Gillenwater berpikir, seberapa banyak karyawan yang mau terus terang seperti dirinya. Salah-salah, mereka bisa kena marah atau mungkin dipecat. Terlebih kalau sudah melibatkan urusan politik kantor.

Beberapa waktu kemudian, dia yakin dengan ide bisnisnya dan memutuskan keluar dari BlackBerry. "Dulu ketika mereka memutuskan menunda peluncuran ponsel BlackBerry 10, saat itulah aku keluar," ujarnya.

Pria yang sekarang bertato itu lalu meminta bantuan seorang teman bernama Keith Barney yang punya keahlian desainer grafis. Berdua, mereka pun mendirikan perusahaan startup SpeakUp.

"Aku memakai uangku untuk memulainya. Kemudian kami mendapatkan pendanaan USD 350 ribu dari investor," ucap Gillenwater.

Gillenwater akhirnya merilis website dan aplikasi SpeakUp pada September tahun lalu. Sambutannya ternyata cukup bagus. SpeakUp kini sudah digunakan sekitar 400 perusahaan. Tapi menurut Gillenwater, tidak semua perusahaan cocok mengadopsi SpeakUp.

"Kami yakin aplikasi itu bukan untuk semua perusahaan. Bukan untuk perusahaan yang tidak memperhatikan apa yang dipikirkan pegawainya, yang hanya ingin karyawan bekerja semata. Tapi ada banyak perusahaan yang mendorong pegawai berbicara secara nyaman," pungkasnya.

(fyk/ash)







Hide Ads