Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Aplikasi China Tak Ingin Aji Mumpung

Aplikasi China Tak Ingin Aji Mumpung


- detikInet

Ilustrasi (getty images)
Jakarta - Ekosistem industri internet di China memang terkenal ketat, banyak perusahaan dari barat begitu sulit menembus negeri dengan penduduk terbanyak itu. Di sisi lain, kebijakan tangan besi China bak menjadi 'jimat keberuntungan' bagi perusahaan lokal.

Dengan menutup akses dari luar, berarti ada kesempatan besar bagi aplikasi lokal untuk didorong dari dalam. Hasilnya bisa terlihat, warga China tak masalah tak bisa mengakses Facebook, Twitter atau YouTube. Sebagai gantinya ada aplikasi lain yang lebih memahami kemauan pasar lokal.

Weibo, Baidu, Alibaba, WeChat hingga Xiaomi berhasil menggaet sebagian besar warga China. Dengan jumlah 1 miliar penduduk, 10%-nya saja sudah bisa membuat mereka bisa meraksasa bersama aplikasi global.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ambil contoh, WeChat, menurut catatan, jumlah pengguna aktifnya sudah mencapai 438 juta. Sementara, WhatsApp mencapai 600 juta pengguna aktif. Padahal, bagi WeChat, itu baru sebagian besar penggunanya berada di China.

Lain lagi dengan Xiaomi. 'Apple Wannabe' ini mampu menjungkirkan prediksi ketika vendor ini mampu mengalahkan Samsung, yang notabene adalah pabrikan global.

Pihak yang tidak suka dengan hal ini, pastinya mencibir bahwa aplikasi itu menjadi perpanjangan tangan dari pemerintah yang begitu ketat mengontrol tingkah laku warganya.

Tapi tunggu dulu, para pengusaha lokal ini tak mau terlena dan hanya terpaku pada ekosistem lokal saja. Lihat saja Xiaomi, Huawei dan WeChat -- melalui Tencent yang sudah berpikir untuk menjadi perusahaan global.

Tencent sudah melebarkan sayapnya ke berbagai negara, termasuk di Indonesia. Bahkan Huawei, juga sudah dikenal perusahaan multinasional yang masuk ke berbagai negara, kecuali Amerika Serikat.

Xiaomi pun demikian, setelah menjadi fenomenal di China. Mereka menatap pasar internasional dengan bukti keseriusannya adalah dengan membajak Hugo Barra dari Google langsung.

Aplikasi yang di China pun tak mau sekadar memberikan pengalaman ala kadarnya walau sudah diberikan kemudahan untuk merengkuh pengguna.

Wandoujia, misalnya, App Store pihak ketiga di Android ini tak mampu cuma sebagai pelengkap Android Play Store. Karena mereka bekerja keras untuk bisa berbeda dibandingkan dengan toko aplikasi Google tersebut.

"Kami mempunyai jutaan aplikasi dan game. Kami juga bekerjasama dengan 10 ribu pengembang. Kami ingin berbeda dengan Google Play Store," kata juru bicara Wandoujia.

Intinya adalah, kendati didorong oleh pemerintah lokal dan didukung sepenuhnya. Nyatanya, aplikasi asal China tak jadi penghias semata yang dengan mudah merengkuh pengguna. Karena dari lokal, mereka juga berambisi menguasai pasar global.

(tyo/ash)





Hide Ads