Jakarta -
Besok tanggal 9 Februari 2022, Samsung akan memperkenalkan smartphone flagship tertingginya, Galaxy S22 series. Samsung pada smartphone seri S, biasanya menggunakan 2 macam chipset atau prosesor, Snapdragon atau Exynos, dan Indonesia sampai saat ini, kebetulan selalu kebagian Exynos.
Walaupun chipset Exynos terakhir semakin baik kinerjanya, tetapi dalam beberapa test, memperlihatkan bahwa chipset Snapdragon memang lebih unggul dalam beberapa hal penting, seperti pengolahan hasil foto, kinerja grafis untuk gaming, efisiensi penggunaan daya, dll.
Tapi kali ini ada yang di luar kebiasaan, flagship phone Galaxy S22 series resmi untuk pasar Indonesia, menurut rumor yang sangat kuat, akan menggunakan chipset terbaru yang dikabarkan terbaik, Snapdragon 8 Gen 1.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saya sempat membuat polling di media sosial, bertanya kepada para pengguna smartphone Samsung, kalau diberi pilihan chipset untuk smartphone flagship terbaru, apakah akan memilih ditenagai Snapdragon 8 Gen 1 atau Exynos 2200?
Hasilnya dari ratusan yang mengikuti polling, 3:1 memilih Snapdragon. Berarti sekarang keinginan pengguna flagship Samsung di Indonesia menjadi nyata.
 Galaxy S22 Foto: dok Lucky Sebastian |
Membuat smartphone bagus itu seperti memasak. Chipset itu seperti berbagai peralatan memasak, bahan makanan, dan bumbu-bumbunya, sementara vendor seperti Samsung akan menjadi Chefnya. Hasil masakannya seenak apa, adalah kolaborasi peralatan masak, bahan, bumbu, dan Chef sebagai pengolahnya.
Flagship smartphone Samsung sebelumnya, Galaxy S21 Ultra, (yang menggunakan chipset Snapdragon 888), di penutup tahun banyak mendapat penobatan sebagai smartphone terbaik tahun 2021.
Jadi sekarang ini kelanjutan kolaborasi antara pembuat chipset Snapdragon 8 Gen 1 yang melompat jauh dari sisi teknologi dengan Samsung di Galaxy S22 akan terlihat sangat menarik. Mari coba kita lihat beberapa bocorannya, sebelum besok resmi diperkenalkan.
Samsung secara berkala menjelang peluncuran Galaxy S22 membuat beberapa teaser, yang menunjukkan kemampuan flagship baru ini, temanya "Ready to Break The Rules" atau dalam terjemahan bebasnya siap untuk menerobos aturan atau keterbatasan. Setidaknya ada 3 bagian tema Break The Rules yang sudah di release dalam video pendek, yang akan kita bahas di bawah ini.
Break The Rules of Power
Chipset memang pantas disebut sebagai otak smartphone, seperti otak kita mengatur segalanya pada tubuh, sehingga sebenarnya penyebutan prosesor tidak cocok lagi, karena dalam chipset ada banyak chip dengan tugas masing-masing, aritmetika, grafis, kamera, modem, dll, sehingga sekarang disebut SoC, System on Chip.
SoC Snapdragon 8 Gen 1 yang menjadi otak Galaxy S22 dibuat dengan fabrikasi 4nm, sehingga ukuran chipsetnya hanya sekitar 1cm x 1cm saja, tetapi memuat miliaran transistor.
Semakin kecil fabrikasi, tujuannya membuat chipset yang semakin cepat, tetapi lebih irit daya. Irit daya ini sangat penting, karena penggunaan smartphone sekarang ini, semakin lama setiap harinya, jangan sampai kehabisan daya di tengah jalan karena chipset yang boros daya.
 Snapdragon 8 Gen 1 Foto: dok Qualcomm |
Pada Break The Rules of Power, Samsung menjanjikan kinerja yang cepat, kinerja cepat ini bukan sekedar CPU saja, tetapi juga berarti grafis, pengolahan foto, AI, dll
Semua kecepatan ini sangat bergantung dengan chipset, jadi untuk itu bisa dikatakan, untuk membuat smartphone flagship yang bagus, harus didukung chipset flagship premium.
Snapdragon 8 Gen 1 keluar pada saat spesial, setelah 10 tahun kita menggunakan arsitektur Armv8, saat ini dimulai arsitektur chipset yang baru Armv9.
Chipset dengan CPU octa core atau 8 inti ini dibagi dalam 3 cluster, kira-kira seperti gigi kecepatan pada mobil matic.
- 1 inti Cortex-X2 3GHz, ini seperti gigi S atau Sport pada mobil, untuk melibas aplikasi-aplikasi besar dan berat, multitasking, dan mem-boost kinerja CPU saat dibutuhkan.
- 3 inti Cortex-710 2.5GHz, ini seperti gigi D pada transmisi, seimbang antara kinerja dan keiritan daya.
- 4 inti Cortex-510 1.8GHz, yang bekerja seperti transmisi eco, mengutamakan irit daya saat aktivitas penggunaan smartphone kita tidak berat, seperti sedang email, browsing, menonton Youtube, dll.
Dengan pintar, cluster ini tidak akan bekerja sendiri-sendiri, tetapi kebanyakan berupa gabungan cluster, misal Cortex-710 dengan Cortex-510, mengikuti beban kinerja yang diterima smartphone. Disini peran Samsung untuk membuat algoritma pengaturnya pada OS Android 12 dengan OneUI 4.x
Yang lebih menarik lagi di chipset Snapdragon 8 Gen 1 ini adalah kemampuan grafisnya. Chip grafis Adreno ini kinerjanya tinggi, dan sangat bergantung dengan vendor bagaimana memanfaatkannya.
Dipakai hingga mentok siap, tetapi vendor harus punya algoritma bagaimana mengatur daya yang dikeluarkan, dan yang terpenting mengatur juga efek suhu yang dihasilkan. Smartphone bisa berhenti bekerja atau sering disebut overheating, jika terlalu panas.
Untuk itu Samsung selain harus membuat algoritma pengatur suhu, juga harus membuat sistem pendingin dengan teknologi yang ditingkatkan agar Galaxy S22 ini saat digunakan untuk bermain game berat seperti PUBG, COD, Genshin Impact, bisa memberikan rendering terbaiknya.
Industri game mobile memang sangat berkembang, kelasnya sekarang, mengejar kualitas desktop gaming. Mobile gaming bahkan lebih besar dibanding PC Gaming dan Console Gaming disatukan.
Untuk itu memang para avid mobile gamers harus memilih smartphone flagship sekelas S22 yang ditenagai Snapdragon 8 Gen 1 ini untuk bisa menikmati gaming dengan frame rate dan rendering terbaik, yang peningkatannya dibanding chipset flagship tahun lalu kinerja grafisnya bisa naik sejauh 60% untuk API Vulkan pada gaming.
Snapdragon 8 Gen 1 juga mempunyai fitur Adreno Frame Motion Engine yang bisa menghasilkan frame rate 2x lipat tanpa menambah daya. Semakin tinggi frame rate maka game akan bergerak semakin mulus dan terlihat lebih hidup.
 Variable Rate Shading Foto: Qualcomm |
Teknologi mobile grafis yang sebelumnya hanya ada di desktop PC kini bisa kita nikmati di mobile, VRS, Variable Rate Shading. Teknologi ini memungkinkan chipset grafis memetakan gambar yang akan ditampilkan dan menentukan "kedalaman" gambar, misal pohon-pohon dan bangunan di kejauhan tidak akan beda di render detail atau lebih tidak detail, maka akan dipilih untuk di render tidak detail, dan tenaga grafis lebih diutamakan untuk merender lebih detail objek-objek yang berada lebih dekat, sehingga proses rendering bisa lebih cepat dan menghasilkan frame rate tinggi, atau detail gambar yang lebih bagus.
Mobile gaming sudah tidak bisa dianggap remeh, game-game dengan Unity atau Unreal engine berkualitas tinggi bukan hanya dalam gameplay, tetapi memberi kenyamanan gambar-gambar yang hidup, lengkap dengan kedalaman, bayangan, bahkan support HDR.
Dengan kekuatan chip grafis Adreno yang memiliki fitur volumetric, bahkan bisa membuat render efek kabut atau asap yang tampak dan bergerak seperti aslinya.
Samsung flagship yang terkenal dengan teknologi layar AMOLED nya yang selalu dianggap terbaik sampai saat ini kualitasnya, akan memanjakan para mobil gamer dengan gambar-gambar game yang immersive di layarnya yang terbaru, dan juga pasti sudah support refresh rate dan touch sampling rate tinggi.
Selanjutnya keunggulan kamera Galaxy S22
Simak Video 'Samsung Galaxy S22 Dibuat dari Material Jaring Ikan Daur Ulang':
[Gambas:Video 20detik]
Break The Rules of Light.
Teaser yang paling banyak diulang dengan berbagai versi dari unpacked Samsung S22 adalah soal cahaya pada kamera. Kualitas kamera masih menjadi pilihan teratas untuk smartphone flagship. Kamera pada smartphone sudah menjadi bagian penting bagi banyak orang untuk mulai mendekati kamera profesional, karena kualitasnya semakin baik, dan smartphone selalu dibawa pengguna, jadi siap setiap saat untuk mengabadikan momen. Kamera smartphone sekarang ini bahkan sudah sukses "membunuh" kamera saku.
Ukuran kamera smartphone yang cenderung kecil, tidak bisa meletakkan sensor dan lensa yang besar, harus diakali supaya hasilnya mendekati hasil kamera profesional. Untuk itu selain hardware kamera, seperti lensa dan sensor kamera, chipset ISP, Image Signal Processor pada SoC, memegang peranan sangat penting.
Break The Rules of Light adalah bagaimana Samsung di Galaxy S22 memecahkan masalah dimana biasanya kamera smartphone lemah pada foto malam hari, atau kondisi lowlight. 2-3 tahun lalu kamera smartphone cenderung menghasilkan foto yang gelap pada malam hari, apalagi video. Sekarang ini banyak smartphone sudah membaik untuk foto dalam kondisi kurang cahaya, dengan mode night photography.
Tapi kualitas foto malam hari ataulowlight memang sulit untuk sempurna, karena foto malam hari bukan hanya masalah gambar yang terang, tetapi bagaimana mengatasi noise, membuat detail tetap bagus ketika diperbesar, tidak menjadi seperti gambar cat air, mengatasi flare dari lampu, dan yang terpenting menangkap foto malam yang terlihat jelas, bahkan mungkin lebih jelas dari mata kita melihat, tetapi tidak kehilangan suasana malamnya.
Yang lebih sulit lagi adalah mengambil video pada malam hari, kalau pada foto sekali klik setelah gambar ditangkap smartphone bisa melakukan proses editing otomatis, sementara video sendiri dalam 1 detik rata-rata setidaknya mengambil 30 frame gambar, sehingga tanpa ISP yang handal, proses ini tidak bisa dilakukan. Makanya rata-rata kamera smartphone cenderung lebih gelap saat merekam video di kondisi low light. Galaxy S22 dijanjikan menembus batas, akan membuat foto dan video malam hari yang bagus.
Apakah ini mungkin? Kenapa kemampuan ini tidak ada pada smartphone sebelumnya? Ini tidak lepas dari kemampuan chip ISP pada Snapdragon 8 Gen 1 yang meningkat.
Saat kita klik kamera, maka rana terbuka dan cahaya masuk, diterima oleh sensor kamera. Tugas dari chip ISP adalah mengolah data setiap pixel sensor yang menerima cahaya dan menerjemahkannya menjadi gambar yang kita lihat. ISP juga berfungsi untuk auto focus, auto exposure, dan auto white balance.
Snapdragon 8 Gen 1 pada Galaxy S22, memiliki 3 ISP yang bisa bekerja simultan bersamaan, bahkan menjalankan 3 lensa berbeda sekaligus.
Keterbatasan ukuran sensor kamera dan lensa pada smartphone bisa dibantu diatasi dengan sekali klik mengambil 2 atau 3 gambar dari lensa yang berbeda. Kemudian data dari multi lensa ini diolah menjadi satu gambar yang lebih baik yang dikenal dengan istilah computational photography.
Cara ini bisa menghasilkan foto yang lebih detail, zooming yang lebih jauh dan jelas, bokeh yang lebih berkualitas, foto yang lebih terang, hingga video yang lebih steady, dll.
Ketiga ISP bisa mengolah 3.2 Gigapixel per detik, atau mudahnya dalam 1 detik bisa menangkap 240 foto dengan resolusi masing-masing 12MP. Ini kemampuan ISP yang tidak main-main.
Dengan peningkatan ini maka diperkenalkan Mega Low Light Photos, dimana sebelumnya sekali take mengambil 6 gambar, sekarang menjadi 5x lipatnya, 30 gambar yang berbeda exposure. Saat ke 30 gambar digabungkan menjadi satu gambar dengan bantuan AI, maka akan dihasilkan gambar yang terang walau di kondisi sangat kurang cahaya.
 Teaser Galaxy S22 Foto: Samsung |
Untuk video malam hari, kemampuan chip ISP baru di Snapdragon 8 Gen 1 yang sanggup mengolah 3.2 Gigapixel data per detik, mencukupi untuk mengolah data video yang minimal 30 frame per detik secara real time. Apalagi kerjasama dengan sensor kamera yang berteknologi nona-binning, menyatukan 9 pixel kecil 0.8 micron menjadi satu pixel besar 2.4 micron, untuk menangkap cahaya lebih banyak di kondisi kurang cahaya.
Sekarang ini banyak pengguna smartphone memanfaatkan kameranya untuk merekam video, untuk mengirimkan kreasi mereka ke TikTok, Reels, Youtube, dll. Banyak kita lihat pada perekaman traveling atau laporan peristiwa saat kondisi malam hari, gambar videonya cenderung gelap.
Dengan kemampuan baru kerjasama antara SoC Snapdragon 8 Gen 1 dan Samsung di Galaxy S22 ini, kondisi low-light sekarang bukan menjadi keterbatasan merekam video lagi.
Selain kemampuan foto dan video di low light, masih banyak fitur kamera lain yang bisa dilakukan dengan kemajuan ISP ini, besok kita akan lihat lebih detail di peluncurannya.
Selanjutnya S-Pen di Galaxy S22 Ultra
Break The Rules of Creation
Smartphone sekarang sudah menjadi sentral device yang dibutuhkan banyak orang untuk melakukan banyak hal, saling terhubung baik lewat chat atau media sosial, mencari berita, belajar, bermain, menikmati hiburan, dan bekerja.
Samsung selalu berpikir untuk menjadikan sebuah device flagship yang berbeda, yang bernilai lebih, yang bisa digunakan untuk menampung kreativitas dan meningkatkan pekerjaan.
Maka dikeluarkan tambahan sebuah pena digital yang disebut S-pen. Setiap generasi s-pen ini semakin bertambah fiturnya, termasuk kemajuannya semakin mendekati sensasi menulis atau menggambar di atas kertas.
Sebagian orang merasa mencatat meeting, membuat catatan pendek seperti daftar belanja, membuat catatan kecil pengingat, membuat bagan, dll lebih cepat mengoretnya dengan sebuah pena dan kertas. Oleh sebab itu S-pen dianggap tools untuk kreasi yang berdaya guna.
Mereka yang pernah mencobanya dan menggunakannya, seringkali sulit berganti device tanpa S-pen, makanya ada golongan pengguna Samsung yang disebut Noters.
Kemampuan S-pen sudah sangat berkembang, tulisan yang dibuat bisa dikenali, bahkan diubah menjadi ketikan.
Saat kita terbiasa menulis miring ke arah diagonal, bisa dibuat menjadi rata. Coretan seperti gambar lingkaran atau kotak, bahkan garis yang tidak lurus, bisa diubah menjadi lingkaran, kotak, dan garis sempurna.
 Teaser Galaxy S22 Ultra Foto: Samsung |
Para artis yang hobi menggambar atau berkreasi, senang menggunakan s-pen untuk menggambar atau membuat oretan, karena S-Pen bisa memimik alat-alat menggambar seperti pensil, pena, kuas, bahkan pena tinta untuk membuat kaligrafi.
Kode-kode seperti lambang matematika dan kimia, dengan mudah dicatat, termasuk untuk pekerja kantoran membubuhkan tandatangan digital, yang memudahkan pekerjaan,
Bagaimana tulisan tangan bisa dikenali walau jelek sekalipun, dan satu buah s-pen bisa memimik banyak peralatan menggambar, adalah pekerjaan dari AI, atau Artificial Intelligence yang kita kenal sebagai kecerdasan buatan.
AI pada Snapdragon 8 Gen 1 sekarang sudah generasi ke-7, bisa memproses kinerja AI 4x lebih cepat dibanding chipset pendahulunya. Dengan kemampuan AI secepat ini, maka pengenalan tulisan, kecepatan latensi s-pen, dll, akan bisa berfungsi lebih baik.
Jadi sebuah chipset flagship premium, akan memiliki banyak kemampuan yang sangat panjang untuk dijabarkan. Ini memberi opsi bagi vendor untuk memanfaatkannya membuat smartphone flagship sebaik mungkin.
Sangat menarik melihat kemampuan kolaborasi antara Snapdragon 8 Gen 1 yang dianggap sebagai chipset mobile terbaik, dengan Samsung yang sudah terbukti mampu mengolah dan membuat flagship yang serba bisa.
Kita nantikan besok.
*) Lucky Sebastian merupakan pendiri komunitas teknologi Gadtorade. Pria yang tinggal di Bandung ini sejatinya adalah seorang arsitek. Namun antusiasme yang tinggi akan gadget membawanya menjadi pengamat dan gadget enthusiast.