Peningkatan market share Chrome OS ini berasal dari banyaknya pengguna Chromebook untuk keperluan pendidikan di berbagai negara, misalnya di Amerika Serikat.
Menurut analis Gartner Ranjit Atwal, pertumbuhan besar Chrome OS ini terjadi sejak pandemi, yang membuat banyak sekolah dan lembaga pendidikan lain tutup dan siswanya harus belajar dari rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alhasil banyak orang tua mencari perangkat yang bisa dipakai untuk belajar jarak jauh dengan harga yang murah. Tak cuma itu, lembaga pendidikan seperti sekolah pun melakukan pembelian dalam jumlah yang besar.
"Tak diragukan lagi ada banyak konsumen yang terpaksa membeli dan membeli notebook yang lebih murah untuk anaknya, jadi mereka tak ingin mengeluarkan uang dalam jumlah besar," ujar Atwal, seperti dikutip detikINET dari BBC.
Jadi bisa dibilang, Chrome OS, atau tepatnya Chromebook adalah perangkat yang tepat, di waktu yang tepat, dan fungsi yang tepat pada masa pandemi.
Dan kini, Chromebook pun bakal dipakai di institusi pendidikan di Indonesia, setelah Mendikbudristek Nadiem Makarim mengatakan pemerintah mengalokasikan dana Rp 2,4 triliun untuk pengadaan 240 ribu Chromebook untuk sekolah.
Dana itu digunakan untuk pengadaan paket teknologi informasi komunikasi, seperti laptop dan berbagai perangkat pendukungnya. Contohnya router, printer, dan scanner.
Pengadaan peralatan TIK ini diambil dari vendor di dalam negeri yang memenuhi persyaratan TKDN. Jumlah unit yang diterima tiap sekolah akan berbeda bergantung usulannya mulai dari level SD, SMP, SMA, SMK, Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).