Produksi iPhone 12 Bisa Terhambat karena Masalah Ini
Hide Ads

Produksi iPhone 12 Bisa Terhambat karena Masalah Ini

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Jumat, 06 Nov 2020 07:10 WIB
iPhone 12
Foto: Dok. Apple
Jakarta -

Apple kesulitan mendapat pasokan chip yang mengatur konsumsi daya untuk iPhone 12 dan sejumlah perangkat buatan mereka yang lain.

Pasokan komponen yang terbatas ini membuat Apple sulit memenuhi permintaan konsumen, terutama untuk perangkat andalan mereka, pada musim liburan 2020 ini, demikian dikutip detikINET dari Cnet, Jumat (6/11/2020).

Sebagai informasi, chip pengatur daya ini adalah salah satu komponen yang paling mahal dalam perangkat Apple, setelah prosesor, modem, dan chip memori.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keberadaan chip ini juga sangat penting di jajaran iPhone 12 terbaru Apple. Pasalnya jajaran ponsel tersebut disebut sangat boros daya, utamanya karena konektivitas 5G dan bermacam fitur kameranya.

"Taiwan Semiconductor Manufacturing Co., pemasok utama chip Apple mengatakan pada Oktober lalu kalau ponsel 5G membutuhkan 30-40% chip lebih banyak dibanding 4G," tulis laporan tersebut.

ADVERTISEMENT

Kesulitan pasokan chip ini juga pernah diutarakan CEO Apple Tim Cook kepada para analis. Ia menyebut ada kesulitan pasokan chip untuk iPhone 12, Mac, iPad, dan sejumlah seri Apple Watch, meski ia tak menyebut spesifik chip yang dimaksud.

Penerapan koneksi 5G di iPhone 12 sendiri terbilang unik, karena Apple membuat fitur khusus bernama 'Smart Data Mode'. Lewat fitur ini, iPhone 12 tak akan terus menerus menggunakan koneksi 5G meski masuk dalam cakupan jaringannya. Koneksi di 5G itu akan aktif jika memang aplikasi yang dijalankan membutuhkan koneksi internet yang lebih kencang.

Penyebab kurangnya pasokan komponen ini adalah bermacam larangan impor yang diterapkan oleh pemerintah Amerika Serikat, dan juga karena pandemi Corona yang menyebabkan masalah pada jaringan pemasok komponen.

Kesulitan pasokan komponen ini juga terjadi pada industri elektronik secara global, yang masih terseok-seok akibat dampak dari banyaknya lockdown yang terjadi, yang menghambat pabrik untuk beroperasi secara penuh. Masalah ini diperkirakan akan terjadi sampai enam bulan ke depan.




(asj/afr)