Meski terlambat memasuki pasar Jepang, mungkin ini waktu yang tepat bagi Xiaomi, karena pasar ponsel Jepang sudah mengalami sejumlah perubahan karena diterapkannya aturan baru sejak Oktober lalu, bisa merugikan handset premium berharga tinggi.
Baca juga: Murah Meriah, Xiaomi Kuasai Pasar Wearable |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Xiaomi akhirnya memasuki Jepang," kata Steven Wang, General Manager Xiaomi Asia Timur, mengumumkan langkah perusahaannya, dalam sebuah konferensi pers di Tokyo, Jepang awal pekan ini.
Kedatangannya ke Jepang ini dirayakan Xiaomi dengan langsung tancap gas membuka pemesanan Mi Note 10, smartphone high end terbaru Xiaomi yang dibekali 5 lensa kamera dan sensor 108 megapixel, dengan pengapalan akan dimulai akhir bulan ini.
Mi Note 10 dan Mi Note 10 Pro akan dijual seharga 52.800 yen dan 64.800 yen atau sekitar Rp 6,7 juta dan Rp 8,2 juta. Selain penjualan online, Wang tidak menyebutkan informasi lainnya, sehingga tidak diketahui apakah akan ada jalur penjualan lain seperti distribusi lewat operator telekomunikasi atau tidak.
Xiaomi saat ini menjadi produsen smartphone terbesar keempat di dunia. Pencapaian ini diraihnya kurang dari satu dekade sejak kemunculannya di 2010. Berdasarkan data IDC, pangsa pasar global Xiaomi adalah 9,1% tahun ini, sementara Samsung menempati porsi 21,8%, Huawei 18,6% dan Apple 13%.
Pasar Jepang punya keseimbangan kekuatan yang berbeda, mengingat iPhone begitu populer di sini. Sejumlah pengamat pasar menyebutkan, Xiaomi mungkin akan cukup sulit menaklukkan hati pengguna iPhone di Jepang.
(rns/rns)