Hal tersebut dinilai Country Director Qualcomm Indonesia Shannedy Ong sebagai hal yang wajar. Itu lantaran teknologi 5G masih tergolong baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seperti 4G dulu. Awal-awal mahal tapi kelamaan turun karena sudah menyentuh skala ekonominya," kata Shannedy Ong saat ditemui di Jakarta, Kamis (22/8/2019).
Baca juga: Begini Kendala Implementasi 5G di Indonesia |
Saat ini pun Qualcomm sudah berupaya agar teknologi 5G bisa dijangkau banyak orang. Bersama OEM, perusahaan chip asal San Diego, AS itu mulai membuat ponsel 5G yang lebih murah.
"Awal-awal 5G ada di ponsel premium. Saat ini sudah masuk ke kelas high. Mungkin tahun depan sudah menjangkau menengah. Dalam 1-2 tahun rasanya sudah terjangkau," ujar Shannedy.
(afr/krs)