'Konsumen Indonesia Sudah Naik Kelas ke Ponsel Flagship'
Hide Ads

'Konsumen Indonesia Sudah Naik Kelas ke Ponsel Flagship'

Agus Tri Haryanto - detikInet
Sabtu, 10 Agu 2019 20:23 WIB
Galaxy S10, salah satu smartphone flagship yang masuk ke Indonesia. Foto: dok. Samsung
Jakarta - Berbagai produk smartphone flagship terus bermunculan dan dijual di Indonesia. Sebenarnya seberapa candu konsumen Indonesia ingin menggantikan ponselnya dengan yang baru?

Menurut pengamat gadget Lucky Sebastian, 'gempuran' masuknya smartphone flagship itu tak lepas dari sudah naik kastanya konsumen Indonesia. Dulunya, mereka adalah kalangan pengguna kelas menengah, kini jadi beralih ke gadget premium.

Kondisi ini jadi salah satu indikasi bahwa penggemar ponsel di Tanah Air masih terus tumbuh yang di dalamnya, smartphone premium juga ikut mengalami pertumbuhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



"Rata-rata saya mengamati pengguna premium biasanya setahun sekali berganti smartphone. Tetapi ada juga yang 6 bahkan 3 atau 4 bulan berganti," ujar Lucky saat dihubungi detikINET, Sabtu (10/8/2019).

Ia pun tak menampik kondisi siklus pergantian smartphone flaghsip tersebut menandakan bahwa konsumen Indonesia masuk ke dalam kategori early adopter. "Mereka ini yang antusias memiliki smartphone premium baru," ucapnya.

Daya tarik konsumen kita, seperti digambarkan Lucky, biasanya tertarik dengan fitur yang ditawarkan smartphone terbaru, apakah layar semakin tanpa bezel atau kamera yang dinilai semakin baik kualitas hasil fotonya.

Berdasarkan pengamatan Lucky juga, pengguna smartphone premium ini termasuk yang cukup brand minded. Yang biasanya penggemar Apple, maka ia akan berganti ke produk iPhone terbaru, demikian juga penggemar Samsung dan brand lainnya. Sementara brand Huawei juga mulai diperhatikan konsumen untuk lini smartphone premiumnya. Banyak yang penasaran mencoba.



"Tetapi untuk smartphone harga premium, kebanyakan masih setia di kedua brand, Apple dan Samsung," sebutnya.

Meski konsumen Indonesia dinilai sudah naik strata, bukan berarti telah menggeserkan ceruk pasar paling besar smartphone, yaitu di kelas midrange. Lucky mengatakan walau sekarang banyak brand yang dulu lebih fokus ke mid-range sudah menawarkan versi premium, tetapi yang masuk resmi Indonesia masih dalam hitungan jari.

"Jadi, sementara ini pasar premium bisa dikatakan ada lebih banyak pilihan smartphone resmi premium. Tetapi sementara, masih agak sulit bagi brand-brand yang baru memasukkan tipe premiumnya ke Indonesia untuk bersaing dengan 2 brand yang sudah ada, seperti Apple dan Samsung. Untuk sisi jumlah, smartphone high-end di atas Rp 8 juta, pangsa pasarnya di Indonesia 70% lebih masih dikuasai Samsung," pungkasnya.


(agt/rns)