Mereka akan membolehkan Huawei untuk membeli perlengkapan dari perusahaan asal AS dengan tujuan menjaga jaringan telekomunikasi yang sudah ada. Hal ini juga memberikan kemudahan bagi Huawei dalam memberikan pembaruan software ke perangkat-perangkat miliknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, aturan ini juga bertujuan untuk memberikan waktu bagi operator telekomunikasi AS yang mengandalkan perlengkapan dari Huawei untuk membuat permintaan lain. Hal tersebut diutarakan oleh Wilbur Ross, Menteri Perdagangan AS.
"Pendeknya, aturan ini membolehkan operasi berlanjut bagi pengguna ponsel Huawei dan jaringan broadband yang sudah ada," ucapnya, sebagaimana detikINET kutip dari Reuters, Selasa (21/5/2019).
Aturan ini sendiri akan berlaku hingga 19 Agustus mendatang. Alasan pasti mengapa AS memberikan kelonggaran ini masih belum jelas, namun ada sejumlah prediksi mengapa mereka justru menyediakan kemudahan bagi Huawei.
Beberapa di antaranya adalah soal ekonomi dan pekerjaan di AS. Information Technology and Innovation Foundation mengatakan bahwa pembatasan ekspor oleh perusahaan AS ke Huawei akan menimbulkan kerugian sebesar USD 56,3 miliar (Rp 815 triliun) terhadap ekonomi AS.
Selain itu, ini juga menjadi ancaman terhadap 74 ribu pekerjaan, tergantung dari skala pembatasannya. Perusahaan teknologi jelas menjadi sektor yang paling terdampak atas kebijakan pembatasan tersebut.
Sebelumnya, Google mengumumkan akan membatasi akses Huawei terhadap Android. Selain itu, Intel dan Qualcomm juga dilaporkan bakal membekukan pasokan chip buatannya ke vendor asal China tersebut.
(mon/krs)











































