Uang sebanyak itu disebut oleh Apple sebagai 'pembayaran insentif' yang harus dibayarkan Qualcomm untuk jadi penyuplai tunggal chip modem untuk iPhone. Pembayaran ini adalah bagian dari perjanjian yang ditandatangani pada 2011 antara Apple dan Qualcomm.
Pengakuan itu diungkap oleh CEO Qualcomm Steve Mollenkopf dalam persidangannya dengan Federal Trade Commission (FTC) di pengadilan federal di San Jose, California, Amerika Serikat, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Senin (14/1/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembayaran tersebut menurut Mollenkopf digunakan untuk membiayai perubahan penggunaan chip modem Infineon yang saat itu digunakan di iPhone. Memang, menurutnya insentif semacam ini adalah hal biasa di industri, namun jumlahnya yang tak biasa.
Alhasil Qualcomm pun menjadi penyuplai tunggal untuk chip modem iPhone, di mana Qualcomm memberikan Apple potongan harga -- yang tak disebut jumlahnya --. Apple bisa saja memilih penyuplai chip modem lain, namun mereka akan kehilangan diskonnya itu.
Namun langkah Qualcomm ini dianggap sebagai tindakan monopoli oleh badan antimonopoli. Yaitu usaha Qualcomm untuk mempertahankan dominasi chip modemnya dan mengesampingkan pemain lain seperti Intel.
Baca juga: Perang Pernyataan Bos Apple dan Qualcomm |
Mollenkopf sendiri menyebut Apple tak memberikan jaminan berapa banyak chip yang akan mereka beli jika Qualcomm mau memenuhi permintaan mereka untuk membayar insentif sebesar USD 1 miliar tersebut.
Alhasil Qualcomm harus memutar otak untuk memastikan jumlah pesanan chip modem itu bisa menutupi biaya pembayaran insentif yang dimaksud. Jadi, menurut Mollenkopf, Qualcomm bukan merusaha untuk memblokir usaha rivalnya seperti Intel.
"Risikonya adalah, berapa jumlahnya (chip modem yang dipesan)? Apakah kami akan mendapat yang kami inginkan setelah kami membayar insentif sebanyak itu," ujar Mollenkopf dalam testimoninya.
(asj/krs)