"Proses produksi smartphone Vivo di pabrik Cikupa dari hulu hingga hilir dilakukan melalui quality control yang ketat dengan line produksi yang terus beroperasi dengan prima demi menjaga kuantitas dan kualitas yang memenuhi standar mutu Vivo Global," tutur General Manager for Brand and Activation PT Vivo Mobile Indonesia, Edy Kusuma dalam keterangan tertulis, Selasa (18/12/2018).
Edy mengatakan, pada area produksi Vivo di Cikupa terdapat dua bagian untuk setiap line, yakni perakitan (assemblying) dan pengujian (testing). Bagian perakitan dilakukan secara cepat dengan standar waktu tertentu untuk menyelesaikan bagian pekerjaannya masing-masing.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada tahap pengujian, terdapat uji drop test untuk semua smartphone Vivo yang telah dirakit dalam setiap line produksi. Mesin uji drop test akan menjatuhkan smartphone sebanyak tiga kali untuk menguji kekompakan dan keutuhan komponen-komponen yang terpasang di dalamnya.
Pengujian lainnya berupa uji konsumsi arus, audio, MMI (SIM card, infra merah, sensitivitas, tombol, sensor gravitasi, kompas). Tahap selanjutnya adalah pengujian kamera, pengujian radio komunikasi atau jaringan (3G/4G), dan pengujian GPS serta Wi-Fi.
Area pengujian lainnya dikhususkan untuk pengujian reliabilitas atau keandalan smartphone (aging). Pada ruangan tersebut terdapat lima rak dengan ratusan slot yang dilengkapi charging line untuk menguji setiap smartphone yang dihasilkan dari rangkaian line produksi.
Setelah itu, smartphone Vivo menjalani uji fitur, di antaranya untuk menguji kamera depan dan belakang, menguji Screen Touch ID, serta menguji fitur-fitur lain yang disematkan di smartphone Vivo. Uji fitur ini merupakan tahap akhir dari serangkaian pengujian sebelum ponsel Vivo masuk dalam tahap pengemasan atau packaging.
![]() |
Untuk packaging, setiap smartphone Vivo akan diperiksa kembali untuk memastikan keberadaan manual book, pencetakan label IMEI, pemindaian nomor IMEI, penyertaan silicon case, penimbangan, penyegelan, dan ditutup dengan penyegelan akhir.
Untuk uji produk yang lebih intensif dan spesifik, produsen ponsel Rp 3 jutaan terbaik ini juga menambahkan laboratorium pengujian khusus, yakni QC Lab. Sampel smartphone dari masing-masing line produksi diambil untuk melewati serangkaian pengujian lanjut, seperti pengecekan daya saat performa berat (saat beberapa aplikasi dibuka bersamaan), pengujian ketahanan suhu panas (50-75O derajat celcius) dan suhu dingin (hingga -20 derajat celcius), serta pengujian smartphone saat terekspos air.
Selanjutnya, masih di area QC Lab, smartphone Vivo juga menjalani drop test dengan menggunakan mesin rolling yang berputar setinggi 1 meter. Mesin ini akan diputar hingga ratusan kali untuk menguji ketahanan bodi smartphone. Drop test dalam tahap ini bersifat free fall atau tanpa diatur posisi dan letak jatuhnya.
Baca juga: Penampakan Keren Ponsel Dua Layar Vivo |
Setiap melewati beberapa puluh kali pengujian drop test, kondisi smartphone Vivo selanjutnya dicek terlebih dahulu sebelum dilanjutkan lagi untuk putaran berikutnya hingga selesai. Sementara itu, tipe mesin drop test yang berbeda juga akan menguji ketahanan setiap sisi smartphone yang dijatuhkan sebanyak puluhan ribu kali.
Sejak berdiri tahun 2016, pabrik independen Vivo juga telah melampaui standar Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang ditetapkan pemerintah sebesar 30%.
"Pengembangan pabrik bukan hanya untuk menambah kapasitas produksi untuk permintaan domestik. Lebih lanjut kami juga memproyeksikan kontribusi TKDN dapat terus ditingkatkan seiring dengan eksistensi kami di pasar smartphone Tanah Air," pungkas Edy.
(prf/krs)