Membandingkan Dua Ponsel Layar Lipat Pertama di Dunia
Hide Ads

Membandingkan Dua Ponsel Layar Lipat Pertama di Dunia

Muhamad Imron Rosyadi - detikInet
Kamis, 08 Nov 2018 18:17 WIB
Ponsel layar lipat yang baru dirilis Samsung ini bukan yang pertama di dunia. Royole dari China sudah memperkenalkannya terlebih dahulu. Foto: istimewa
Jakarta - Dalam kurun waktu sekitar seminggu ke belakang, dunia teknologi disuguhi dua ponsel layar lipat pertama di Bumi. Vendor asal China bernama Royole mencuri start dengan merilis FlexPai, sedangkan hari ini Samsung akhirnya memperkenalkan Infinity Flex.

Terdapat sejumlah persamaan dan perbedaan yang muncul jika membandingkan keduanya. Mari bicara soalnya layarnya terlebih dahulu.




SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

FlexPai punya layar seluas 7,8 inch dengan resolusi 1.920 x 1.440 pixel. Saat dilipat, ia terdiri dari 3 layar berukuran lebih kecil, yaitu di bagian depan, belakang, dan sisi ponsel.

Sedangkan Samsung hadir dengan ukuran sedikit lebih kecil. Ketika dibuka, perangkat ini merupakan tablet berukuran 7,3 inch. Sedangkan begitu dilipat, ia akan memperlihatkan konten dalam layar berukuran 4,58 inch. Layarnya sendiri menggunakan teknologi Super AMOLED.

Selain itu, ponsel layar lipat Samsung punya kerapatan pixel 420 ppi (pixel-per-inch). Resolusinya saat terbentang jadi tablet adalah 1536 x 2152 dan menjadi 840 x 1960 saat dilipat jadi ponsel.

Infinity Flex punya aspect ratio 21:9 dalam keadaan terlipat. Sedangkan di versi tabletnya, perangkat ini jadi punya perbandingan 4,2:3.

Pada layar ini lah satu perbedaan besar antara keduanya sudah tampak. Royole hanya menerapkan layar di satu sisi perangkat. Sedangkan Samsung menempatkan layar di bagian depan dan belakang.

Hal ini memberikan perbedaan mencolok ketika ponsel dilipat. Pada Royole, perangkatnya akan menampilkan layar di dua sisi ketika dilipat, namun hanya satu yang aktif.




Sedangkan pada Infinity Flex milik Samsung, hanya ada satu layar yang terlihat ketika perangkat tengah digunakan sebagai ponsel. Hal tersebut lantaran layar dengan ukuran besarnya terlipat di dalam.

Masih soal layar, baik Royole dan Samsung mengumbar informasi berbeda terkait perangkat miliknya masing-masing. Jika nama pertama bicara soal ketahanan, vendor asal Korea Selatan menyebut fitur di dalamnya.

Royole mengklaim ponsel buatannya bisa dilipat sampai 200 ribu kali tanpa masalah. Sedangkan Samsung mengumbar bahwa pengguna dimungkinkan untuk menjalankan tiga aplikasi secara simultan lewat fitur Multi-Active Windows.

Untuk jeroannya, tidak banyak yang diumumkan. Royole menyebut bahwa ponsel lipat buatannya menggunakan prosesor dengan arsitektur 7 nm milik Qualcomm.

Sampai saat ini, satu-satunya chipset milik perusahaan yang berkantor pusat di San Diego, California, Amerika Serikat dengan pabrikasi 7nm adalah Snapdragon 8150. Jeroan itu pun saat ini belum dirilis secara resmi.

Sedangkan Samsung memperkenalkan OneUI yang akan digunakan di Infinity Flex. Antarmuka itu disebut-sebut akan optimal untuk perangkat layar lipatnya.

Rencananya Samsung akan mulai menyebarkan rilis final One UI ke Galaxy S9, S9 Plus, dan Note 9 pada bulan Januari. Sedangkan versi beta-nya akan dimulai pada bulan ini di AS, Jerman, dan Korea Selatan.

Soal harga Royole membanderol FlexPai cukup mahal, yaitu mulai USD 1.290 sampai USD 1.863, tergantung kapasitas memorinya. Itu berarti, versi tertingginya melampaui harga iPhone XS Max yang berada di angka USD 1.449.

Di sisi lain, Samsung baru bisa memberikan kepastian soal kesiapan pihaknya dalam memproduksi secara massal layar Infinity Flex ini, yang rencananya dimulai bulan depan. Pengumuman versi final dari perangkat ini pun, yang masih berstatus prototipe, belum bisa dipastikan kapan.




Satu pekerjaan rumah yang dimiliki keduanya mungkin soal bezel. Baik FlexPai maupun Infinity Flex punya bezel yang cukup tebal untuk smartphone saat ini, walau terbilang masih relevan jika direntangkan menjadi tablet.

Meski demikian, ini merupakan produk perdana keduanya pada perangkat ponsel lipat. Terlebih untuk Samsung yang baru menyajikan prototipe, bukan produk utamanya.


(mon/krs)