Untuk toko online, nama-nama seperti Lazada, Tokopedia, Shopee, Blibli.com, hingga JD.id sudah menerapkannya. Sedangkan para produsen ponsel datang dari Huawei, Oppo, Vivo, Honor, Xiaomi, Asus, sampai Advan.
Menariknya, flash sale tak selamanya sukses dan memuaskan hati user. Tengok saja fenomena ponsel gaib yang ramai diperbincangkan beberapa bulan lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, strategi pemasaran tersebut masih terus digunakan para e-commerce dan vendor smartphone. Lantas, mengapa fenomena ini sangat booming di Indonesia?
Menurut Nathania Christy, Head of Global Insight Network TrendWatching, firma riset konsumen yang berkantor pusat di London, Inggris, hal ini merupakan buah dari persaingan sengit antar e-commerce di Tanah Air. Dan, ia melanjutkan, 'bakar uang' menjadi satu-satunya cara untuk bersaing.
![]() |
Ya, banyak flash sale yang memang menawarkan harga cenderung lebih murah dibanding kondisi normal. Dan ini dilakukan mereka untuk mendapatkan porsi kue yang lebih besar di Indonesia.
Di sisi lain, perempuan yang akrab disapa Nia ini juga mengatakan, konsumen pun mendukung kehadiran flash sale di sini. Hal tersebut seakan menjadi kebutuhan tersendiri bagi mereka.
"Konsumen itu punya kebutuhan dasar untuk spontanitas, (sehingga hal tersebut) memicu impuls mereka untuk memenuhinya," ujarnya kepada detikINET saat dijumpai pada Rabu (26/9/2018) di Jakarta.
Selain itu, Nia mengatakan bahwa fenomena ini sudah 'kuno' dibanding beberapa negara di kawasan Asia lainnya. Ia mengambil contoh di China.
Baca juga: Menjelajahi Masa Depan Dunia Digital Alibaba |
Di Negeri Tirai Bambu, flash sale sudah tampak dari persaingan antara Alibaba, JD.com, hingga TaoBao. Bahkan, mereka juga menerapkan live streaming untuk momen-momen tertentu.
Malahan, ia mengatakan bahwa kondisi di Indonesia ibarat lima sampai sepuluh tahun lalu di China. Hal tersebut disebabkan banyaknya pengaruh negara tersebut, seperti penanaman modal, terhadap e-commerce di Tanah Air. (mon/fyk)