"Kalau di Asus Indonesia saya rasa nggak, karena kita untuk yang (ponsel) 4G pun sudah produksi lokal jadi harusnya gak ada masalah," sebut Head of Public Relations Asus Indonesia Muhammad Firman, saat ditanyai pendapatnya mengenai kasus ini.
Firman menduga, hal semacam itu bisa saja terjadi karena vendor ponsel punya beberapa distributor. Salah satu distributor mungkin tidak mengambil dari pabrik yang sudah ditunjuk, bisa jadi karena kapasitas produksi barangnya belum banyak, sehingga distributor yang bersangkutan mengambil langsung dari sumber impor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Dituding Curangi TKDN, Infinix Angkat Bicara |
"Kemungkinan distributornya. Karena kalau memang dari brand-nya biasanya siapkan alokasi untuk distributornya. Jadi distributor bisa nunggu (pabrik yang memasok) selesai produksi dan dikirim ke dia. Mungkin karena ingin ngejar hype-nya dia (distributor) langsung ambil dari luar. Mungkin ya," komentar Firman.
![]() |
Pasalnya, dikatakan Firman, hal itulah yang dilakukan Asus, yakni menjaga pasokan ponselnya yang sudah tersertifikasi TKDN bisa sampai ke tangan konsumen dengan selamat.
"Yang jelas kalau distributornya kita, itu udah kita plan dari awal bahwa (setiap distributor) ini dapat sekian unit, dia akan dapat di tanggal sekian," paparnya.
Asus sendiri berupaya tunduk aturan TKDN dengan menggeber manufakturing di Indonesia. Dalam menggeber TKDN dari sisi hardware, Asus bekerjasama dengan pabrik PT. Satnusa Persada di Batam, Kepulauan Riau sejak 2015. (rns/rou)