Petunjuk ini pun kembali muncul lewat sebuah wawancara media asal India dengan President of Microsoft India Anant Mahewari. Dari beberapa pertanyaan yang diajukan seputar perangkat mobile, Mahewari memberikan sedikit petunjuk tentang sejumlah kemungkinan yang bisa atau tidak terjadi di sektor Microsoft device.
Media bernama Digit itu, seperti dikutip detikINET dari Phone Arena, Jumat (29/12/2017), bertanya kepada Mahewari terkait apakah ada kata-kata terakhir (last word) dalam upaya membuat smartphone. Dan sang presiden pun membalasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun sayangnya, ketika sang pewarta terus mendesak Mahewari menuju topik pembahasan, ia pun dengan santai berkata bahwa saat ini Microsoft punya Surface Hub, Surface Studio, Surface Book, dan Surface Pro dan bahagia dengan kemampuan lintas perangkat.
Tak cuma itu, ada satu kalimat lain yang diucapkan oleh Mahewari di kesempatan yang sama. Kalimat ini pun bisa diasumsikan jika Microsoft tengah menggarap Surface Phone.
"Dengar, ketika aku bekerja harian pada Office 365, aku dengan leluasa bekerja di Surface, dimana merupakan perangkat Microsoft, dan perangkat iOS, begitu juga semua ponsel Android. Jadi, aku rasa dunia sangat berbeda hari ini dimana sistem operasi bukan lah hal utama," pungkasnya.
Seperti diketahui, Microsoft terkesan sedikit menyerah pada bisnis smartphone setelah Lumia 950 dan 950 XL gagal merevitalisasi platform Windows Mobile. Mereka pun kemudian beralih bisnis dengan fokus membangun software untuk semua sistem operasi, memungkinkan pengguna untuk bebas berpindah ke banyak perangkat dan melanjutkan pekerjannya.
Namun adanya petunjuk dari Mahewari sepertinya makin menguatkan Microsoft belum menyerah membuat ponsel pintar. Apalagi beberapa hari lalu, mereka diketahui mengajukan sebuah paten perangkat baru. Paten ini mendeskripsikan ponsel dengan layar yang bisa dibuka dan ditutup layaknya sebuah buku.
Paten layar lipat sendiri memang bukan hal baru. Namun, apa yang membuat perangkat Microsoft ini berbeda terletak pada iterasinya. Perangkat tersebut digambarkan hadir dengan engsel yang rata dan tidak menonjol.
"Dengan perangkat dual-display, ponsel atau tablet dapat menyertakan posisi terbuka dan bisa diperluas, di mana kedua layar terletak sejajar sehingga pengguna akan merasakan seolah itu adalah satu layar yang terintegrasi," tulis keterangan paten.
Dalam posisi tertutup, kedua layar akan saling berhadapan. Sedangkan ketika dalam posisi terbuka penuh, layar akan saling membelakangi sehingga pengguna harus membalik (flip) perangkat untuk melihat tampilan yang berlawanan.
Paten seperti ini ternyata bukan yang pertama kali muncul dari Microsoft. Di awal 2017 juga ada paten serupa yang terungkap. Begitu juga dengan laporan di akhir tahun 2016 yang mengklaim bahwa Microsoft bekerjasama dengan LG, Apple, dan Google untuk layar foldable. (mag/afr)