Bila niatan ini terbukti, maka Indonesia akan menjadi pusat riset dan pengembangan Vivo yang kedelapan di dunia. Tujuh pusat riset Vivo lainnya berlokasi di beberapa kota di China dan Amerika Serikat.
Bukannya tanpa alasan Vivo ingin membangun pusat risetnya di Indonesia. Menurut Kenny Chandra, Product Manager Vivo Indonesia, tiap-tiap negara atau region punya kebiasaan pengguna yang berbeda-beda. Yang mana hal ini pun berujung pada keinginan konsumen yang juga berbeda-beda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Market Indonesia itu besar, behaviour orang pakai ponsel juga berbeda-beda di masing-masing negara. Oleh karenanya kami ingin membangun pusat riset dan pengembangan di Indonesia, untuk mengetahui keinginan konsumen," ujarnya, di ballroom hotel Raffles, Jakarta, Kamis (10/5/2017).
Lebih lanjut, Kenny juga menambahkan kalau pusat riset di Indonesia secara spesifik nantinya akan lebih fokus pada pengembangan software. "Untuk pusat riset (di Indonesia), lebih jauh untuk pengembangan software," jelasnya. (yud/fyk)











































