Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan Departemen Perdagangan, Industri dan Energi Korea Selatan, disebutkan bahwa produsen baterai lithium ion akan lebih diawasi dan diperiksa secara rutin. Perangkat yang menggunakan baterai lithium ion pun akan dites keamanannya secara reguler.
"Kami meminta industri untuk berbagi pandangan bahwa memastikan keselamatan sama pentingnya dengan mengembangkan produk baru melalui inovasi teknologi," kata Wakil Menteri Jeong Marn-ki seperti dilansir dari Reuters, Senin (6/2/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seperti diketahui setelah investigasi mendalam, Samsung akhirnya mengungkap penyebab ledakan Galaxy Note 7. Raksasa elektronik asal Korea Selatan ini menyatakan kesalahan terjadi di baterai, bukan di ponselnya.
Samsung menyatakan investigasinya melibatkan 700 staff yang menguji 200 ribu ponsel serta 30 ribu baterai tambahan. Investigasi itu dikukuhkan oleh tiga perusahaan eksternal yang dilibatkan yakni UL, Exponent, dan TUV Rheinland.
![]() |
Jadi, permasalahan terjadi pada baterai tahap pertama besutan Samsung SDI yang memiliki cacat desain di sudut kanan atas yang membuat elektroda baterai rentan tertekuk atau bermasalah. Itu berisiko membuat pembatas antara elektroda positif dan negatif rusak dan menimbulkan korsleting.
Seperti diketahui, Samsung kemudian melakukan recall dan mengganti baterainya. Namun malangnya, baterai pengganti dari pemasok terpisah ini ternyata mengalami masalah dalam proses pembuatannya yang juga memicu baterai mengalami hubungan pendek dan terbakar.
Masalah beruntun itu membuat Samsung akhirnya melakukan keputusan drastis. Yakni menghentikan sepenuhnya produksi serta penjualan Note 7 menjelang akhir tahun 2016 lalu.
Samsung menyatakan desain Note 7 sendiri aman dan tidak menyebabkan masalah di kedua baterai dari pemasok berbeda itu. Isu yang terjadi di baterai pengganti adalah karena pemasok mencoba terlalu cepat meningkatkan produksi baterai.
"Kami yakin bahwa jika tidak ada isu manufaktur di baterai B tersebut, Note 7 masih bisa dijual ke pasar," sebut Tim Baxter, bos Samsung Electronics America. (afr/fyk)