"BlackBerry Priv sungguh kepayahan. Kami melihat banyak pengembalian barang lebih dari yang kami harapkan," kata seorang eksekutif di operator AT&T yang tak mau diungkap namanya, dikutip detikINET dari Cnet.
AT&T adalah operator besar di Amerika Serikat yang memasarkan Priv. Pernyataan itu menegaskan kalau Priv gagal menjadi juru selamat BlackBerry. Apalagi area penjualannya tak juga bertambah, pasar Indonesia juga tidak kebagian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sumber eksekutif itu menjelaskan kalau BlackBerry dan AT&T awalnya melihat ada peluang pasar untuk Android buatan BlackBerry dengan keunggulan keyboard khasnya. Sayang kebanyakan pembeli terbatas para loyalis BlackBerry. Itupun banyak yang tidak suka setelah mencoba sehingga angka pengembaliannya tinggi.
Faktor lain yang membuat Priv kurang bersinar adalah mahalnya harga yang dipatok USD 699. Padahal pasar di segmen premium sukar ditembus karena dominasi Apple dan Samsung. "Tak banyak pertumbuhan volume di segmen premium, di mana Apple dan Samsung dominan," kata sang eksekutif.
Kegagalan Priv bisa jadi membuat CEO BlackBerry John Chen menutup divisi handset BlackBerry. Dalam berbagai kesempatan, ia menyatakan tidak akan mempertahankan bisnis ponsel BlackBerry jika tidak juga menguntungkan.
(fyk/ash)