Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Jalan Berliku Samsung Pay di Indonesia

Jalan Berliku Samsung Pay di Indonesia


Ardhi Suryadhi - detikInet

(ki-ka): Vebbyna Kaunang dan Denny Galant (Foto: detikINET/Ardhi Suryadhi)
Jakarta - Bukan masalah rentannya keamanan! Itulah yang ditekankan Samsung terkait lambatnya adopsi Samsung Pay di Indonesia. Lantas apa?

Vebbyna Kaunang, Marketing Director IT & Mobile Samsung Electronics Indonesia memaparkan, secara perangkat, Samsung sejatinya sudah siap menjalankan layanan gateway pembayaran digital tersebut. Termasuk dari sisi keamanan, dimana Samsung punya layanan Knox.

Hanya saja, Samsung Pay tak bisa berjalan sendiri. Banyak pihak yang terlibat. Mulai dari pemerintah, bank, penerbit kartu kredit sampai merchant.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Nah, proses untuk semuanya bisa sinkron itu butuh waktu. Apalagi jika kita berbicara dengan banyak pihak," lanjut Vebbyna.

"Kami sudah mulai menjajaki (dengan pihak-pihak terkait) dan ini banyak pembicaraan yang terjadi antar bagian tapi kita belum bisa bilang, 'oke minggu depan atau bulan depan'. Tapi dari kami sendiri ingin secepatnya, karena membantu banget untuk konsumen," jelas Vebbyna.

Jadi meski vendor Korea Selatan itu ingin secepat mungkin mengimplementasikan Samsung Pay di Indonesia. Hanya saja tak semudah yang dikira. Sebab banyak pihak yang terlbat dan harus melakukan berbagai persiapan.

"Karena ini termasuk data orang. Meski kita tak menyimpan data itu, kita jadi pintu gerbangnya lah (gateway) untuk masuk ke situ. Namun koordinasi dan kolaborasi yang memakan waktu," Vebby melanjutkan.

Lantaran berbeda jenis dengan dompet digital milik operator seluler β€” seperti T-Cash, XL Tunai, atau Indosat Dompetku β€” Samsung meyakini layanan Samsung Pay tak akan diperintahkan regulator untuk menjadi entitas sendiri.

"Karena Samsung Pay berbeda. Kita hanya gateway. Data konsumen, rekening masih tetap tersimpan di bank dan provider card masing-masing, agak berbeda dengan operator," tandas Vebbyna

Selain itu, dompet digital milik operator juga lebih diutilisasi untuk mengoptimalkan memonetisasi. Sementara Samsung Pay tak menciptakan proses moneter sendiri.

"Intinya, secepat-cepatnya kami ingin membawa Samsung Pay ke Indonesia. Kita masih menjajaki dengan banyak bank, dan masih perlu waktu untuk semua bilang, 'oke kita semua siap'," imbuh Product Marketing Head IT & Mobile Samsung Electronics Indonesia Denny Galant.

Sistem pembayaran digital Samsung ini kerap kali dibandingkan dengan Apple Pay. Namun menurut sebuah laporan, Samsung Pay yang dirilis setelahnya ternyata lebih diminati ketimbang Apple Pay.

Adalah Bloomberg yang merilis hasil risetnya itu. Menurutnya, adopsi Samsung Pay jauh lebih cepat dibanding Apple ketika pertama kali dirilis. Samsung Pay disebut telah dipakai oleh 5 juta pengguna saat ini dengan nilai transaksi mencapai USD 500 juta. Padahal layanan pembayaran digital besutan Samsung itu baru dirilis pada bulan September tahun 2015 lalu.

Namun sebenarnya pencapaian Samsung Pay ini sudah diprediksi jauh-jauh hari. Alasannya karena Samsung Pay jauh lebih fleksibel dibanding Apple Pay. Kalau layanan pembayaran digital punya Apple itu mensyaratkan mesin Electronic Data Capture (EDC) khusus, maka Samsung Pay bisa dipakai di mesin EDC apapun yang ada saat ini.

Singkatnya, Samsung Pay bisa langsung dipakai di manapun. Sementara untuk mendukung Apple Pay, toko-toko dipaksa menyediakan mesin EDC khusus tadi.

(ash/fyk)
TAGS







Hide Ads