"Yang penting adalah labelnya beres. Kalau nggak, kita gak mau jual. Dari Kementerian Kominfo harus sudah ada lampu hijau, kita harus cek fisik juga. Ini jadi pelajaran buat kita," kata CEO Blibli Kusumo Martanto ditemui usai acara ICON 2016, di Exodus Dining, Kuningan City, Selasa (26/1/2016).
Selain pengecekan secara langsung, proses registrasi dan pengajuan barang pun akan lebih detail, sehingga merchant maupun barang yang akan dijual di Blibli.com benar-benar terseleksi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diakui Kusumo, dengan menjadi lebih aktif mengecek sertifikasi barang secara langsung memang cukup berat. Sulit bagi Blibli mengecek sebanyak 5.000 merchant yang berjualan di lapaknya.Β Β
"5.000 merchant dengan barang mereka itu banyak sekali. Sementara barang-barang itu juga tidak selalu ada di gudang kami. Yang sulit adalah ketika merchantnya misalnya di Makassar, kita di Jakarta, kita gak bisa melakukan semacam sidak seperti itu. Namun kalau merchant itu berjualan ekslusif di kita, harusnya bisa minta ada orang kita yang datang ngecek," paparnya.
Ke depannya, Kusumo berjanji Blibli akan lebih berhati-hati dan akan membuka lebar telinga mendengarkan masukan dari konsumen dan laporan masyarakat.
"Kita juga rely on feedback dari user. Ketika kemarin diberitahu, Blibli beritikad baik begitu dikasih tahu langsung diturunin, di-cut. Perkara nanti mau dijual lagi atau nggak, mereka harus ngomong ke semua pihak yang terkait ini. Kalau belum clear ya udah bye bye lah," sebutnya.
Temuan sertifikat postel palsu ZUK Z1 yang beredar di Indonesia, mau tak mau menyeret nama Blibli. Pada Desember 2015 lalu, situs e-commerce ini pun langsung melakukan investigasi terkait masalah yang mengemuka tersebut. Β
"Sekarang kita masih nunggu, kan ini dari Kominfo. Karena mereka masih terus manggil merchant partner kami, ngontak importirnya, coba ngontak brand-nya. Karena ini kesalahan administrasi di sisi importirnya," tutup Kusumo. (rns/ash)