Beberapa tahun terakhir banyak produsen laptop yang membuat laptop dengan bentuk yang tak lazim, atau sering disebut dengan laptop konvertibel. Namun konsumen ternyata masih meminati laptop konvensional.
Penyebabnya adalah mayoritas laptop konvertibel diposisikan untuk konsumen kelas premium alias kelas atas, dengan harga yang terbilang tinggi. Sementara pasar laptop yang lebih besar berada di kelas menengah.
Itu dikatakan oleh Adrian Lesmono, Consumer Segment Manager Lenovo Indonesia kepada detikINET selepas acara peluncuran tiga perangkat Yoga anyar di Central Park, Jakarta, Kamis (12/11/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayangnya Adrian belum bisa memberikan perbedaan jumlah penjualan laptop konvertibel dan konvensional. Menurutnya, itu karena Lenovo baru memasuki pasar laptop konvertibel dengan harga yang terjangkau.
"Yoga 300 kan baru dirilis, jadi kami belum punya angkanya, karena sebelumnya cuma ada di kelas premium. Nah tahun depan harapannya sih growth untuk laptop konvertibel ini bisa besar karena laptop multi mode murah bisa menarik banyak konsumen," tandas Adrian kepada detikINET.
Lenovo Yoga 300 yang dimaksud oleh Adrian adalah laptop konvertibel berukuran layar 11 inch yang dibandrol di kisaran harga Rp 5 juta.
Yang dimaksud dengan laptop konvertibel ini banyak jenisnya. Mulai dari laptop dengan layar yang bisa dilepas sampai yang bisa diputar hingga 360 derajat, seperti yang dilakukan Lenovo pada laptop seri Yoga.
(asj/rou)