"Tahun 2014 lalu vendor merek lokal seperti Evercoss, Advan, Mito, dan Smartfren menguasai sekitar 23% hingga 25% pangsa pasar smartphone. Tapi di 2015 ini merek lokal akan menguasai 40%," kata Country Manager IDC Indonesia, Sudev Bangah,β βdi Hotel JW Marriot, Jakarta, Rabu (13/5/2015).
Meski pangsa pasar merek lokal tumbuh 15%β hingga 17% tahun ini, namun akan terjadi pergeseran target pengguna. Pasalnya IDC menilai peta pertempuran bisnis smartphone mulai βberubah memasuki 2015 ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
βMenurut Sudev Bangah, shipment atau pengiriman smartphone ke pasar China pada kuartal pertama 2015 ini turun 4,3% dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi 98,8 juta unit.
Berβdasarkan analisanya, IDC pun menilai penurunan di China akan membuat vendor smartphone global akan lebih agresif menggempur pasar yang masih tumbuh seperti Indonesia.
Alhasil, hal tersebut akan memengaruhi industri smartphone merek lokal di Indonesia. Ia menyarankan vendor lokal tersebut untuk memperkuat bisnis di kawasan timur Indonesia.
"Vendor lokal perlu lebih kuat bermain di Indonesia bagian timur, karena vendor global akan mengincar kota-kota besar," ujarnya.
Smartphone harga murah yang ditawarkan vendor lokal punya peluang besar bermain Indonesia timur, dimana banyak warga akan beralih dari basic phone dan feature phone menuju smartphone.
Sementara itu, produsen global yang memiliki produk untuk kelas menengah diprediksi oleh IDC akan lebih fokus mengincar pasar di kota-kota besar yang tersebar di Sumatera dan Jawa.
Meski demikian, vendor lokal akan semakin mendapat tekanan dari produsen asal daratan China seperti Lenovo, Oppo, Asus, hingga Xiaomi yang terus mendapat kepercayaan dari konsumen.
Gejala ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara berkembang lain yang menjadi target utama vendor asal China.
(rou/fyk)