Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Kolom Telematika (2)
Bumbu Rahasia di Balik Dapur Pacu Galaxy S6
Kolom Telematika (2)

Bumbu Rahasia di Balik Dapur Pacu Galaxy S6


Penulis: Lucky Sebastian - detikInet

Samsung Galaxy S6 Edge (ash/detikINET)
Jakarta -

Project Zero, istilah yang sempat kita dengar sebagai kode yang dibuat Samsung untuk Galaxy S6, sebelum flagship Galaxy dari Samsung ini diluncurkan. Dan ternyata proyek tersebut benar adanya, Samsung mencoba memulai lagi flagship barunya dari nol, dari goresan awal, bukan lagi bersandar dari pengembangan flagship sebelumnya, Galaxy S5.

Sebagian orang yang tidak tahu banyak latar belakangnya, mungkin mengira Galaxy S6 ini hanya perubahan kecil pada desain dan sedikit penambahan fitur. Tetapi sesungguhnya perubahan yang dilakukan pada project zero ini cukup besar dan radikal, yang terkadang keluar dari pakem yang sudah Samsung buat selama bertahun-tahun.

Setelah pada tulisan sebelumnya dibahas desain dan baterai tanam di duo Galaxy S6, kini giliran soal jeroan yang bakal dibahas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengapa Kapasitas Baterai Mengecil?

Sebagian besar orang selalu melihat angka kapasitas baterai sebagai nilai absolut, semakin besar angkanya berarti semakin hebat daya tahannya. Memang cara paling mudah dan logis untuk memberikan daya tahan yang hebat adalah memperbesar kapasitas baterai.

Tetapi, pada produk flagship, selalu ada aturan main yang berbeda, dimana kemampuan teknologi harus lebih ditonjolkan, salah satunya adalah efesiensi penggunaan baterai. Sama seperti mobil yang salah satu keunggulannya harus hemat bbm, demikian pula berlaku standar ini di flagship device.

Syukur kalau bisa juga memasukkan angka kapasitas baterai yang besar, tetapi jika hal tersebut berdampak pada desain seperti membuat device menjadi tebal dan berat, maka desainlah yang menjadi pilihan pertama, dan kapasitas baterai dibuat seoptimum mungkin.

Adalah membanggakan pencapaian teknologinya, kalau sebuah device dengan kapasitas baterai yang cukup, tetapi ternyata pada penggunaan terasa irit dan efisien.

Kapasitas baterai Galaxy S6 'hanya' 2550 mAh, sedangkan pada device flagship sebelumnya, Galaxy S5, sudah 2800 mAh. Lagi pula pada Galaxy S5 masih menggunakan layar beresolusi Full HD, sedangkan Galaxy S6 menggunakan layar dengan resolusi jauh lebih tinggi, Quad HD. Bukankah layar resolusi besar tersebut akan membutuhkan daya yang lebih besar juga?

Mungkin begitu pertanyaan keraguan dari banyak orang soal kapasitas baterai yang mengecil di Samsung Galaxy S6. Mari kita lihat mengapa Samsung merasa cukup dengan kapasitas baterai tersebut.



Pertama tentang layar Quad HD (2560x1440), dengan resolusi empat kali lipatnya iPhone6, secara nalar kita berpikir, sepertinya butuh tenaga 4 kali lipat untuk menyalakannya. Tetapi ternyata layar Super AMOLED Galaxy S6, dengan kerapatan pixel paling tinggi sekarang ini di 577ppi, tidak membutuhkan daya yang besar.

Hal ini dibuktikan oleh Dr. Raymond Soneira dari Displaymate, seorang ahli pada bidang teknologi digital display, yang baru saja menobatkan Galaxy S6 dan S6 Edge sebagai device yang memiliki layar smartphone terbaik sekarang ini.

Menurut pengukurannya, walau beresolusi lebih tinggi, daya yang digunakan layar di Galaxy S6 memiliki power efficiency 20% lebih baik dibanding Galaxy S5. Jika dibandingkan dengan iPhone 6 dan 6 Plus, layar Galaxy S6 lebih efisien 23% dalam penggunaan daya.

Kedua adalah prosesor baru yang digunakan di Galaxy S6 dan S6 Edge. Prosesor yang digunakan octa core Exynos 7420 buatan Samsung sendiri, yang menjadi prosesor pertama di dunia yang menggunakan fabrikasi 14 nm (nanometer), 64 bit FinFET (3D Transistors). Sebagai pembanding, prosesor Snapdragon terbaru seri 810, masih menggunakan fabrikasi 20 nm.

Banyak orang berpikir, prosesor semakin kencang, tentunya semakin banyak daya dibutuhkan untuk menjalankannya. Secara logika betul, tetapi itu hanya berlaku kalau prosesornya bertipe sama dengan clock speed yang semakin tinggi.

Prosesor dengan teknologi terbaru, seperti Exynos 7420 ini, selain semakin kencang, tetapi lebih efisien dalam penggunaan daya. Dibanding teknologi prosesor Exynos sebelumnya yang dipakai Galaxy Note 4 dengan proses fabrikasi 20 nm, prosesor yang digunakan di Galaxy S6 ini 20% lebih cepat tetapi 35% lebih irit daya.

Untuk pemahaman mudahnya, semakin kecil angka nanometernya, berarti semakin kecil ukuran fisik prosesornya. Anggap saja prosesor adalah kumpulan ruang-ruang yang saling terhubung, semakin kecil ukurannya semakin dekat jarak antar ruang. Misalkan kita bergerak dari ruang A ke B, karena semakin dekat, maka akan semakin cepat kita tiba, dan karena jarak antar ruang dekat, maka semakin sedikit energi dibutuhkan untuk berpindah.

Prosesor yang hemat daya juga berarti lebih sedikit menghasilkan panas. Panas yang berlebih berdampak pada ketahanan baterai.

Jadi secara hitung-hitungan efisiensi daya, dengan kapasitas baterai yang lebih kecil dibanding Galaxy S5, Galaxy S6 walaupun memiliki prosesor jauh lebih kencang dan memiliki resolusi layar lebih tinggi, tidak akan berbeda daya tahannya dibanding Galaxy S5.

Dengan kapasitas baterai yang ada, kira-kira Galaxy S6 dan S6 Edge akan memiliki ketahanan untuk terus digunakan menyala dengan koneksi WiFi selama 12 jam, koneksi 4G LTE selama 11 jam, 13 jam untuk menonton video HD terus menerus dan 2 hari penuh untuk mendengarkan musik.



Hilangnya Kartu Memori Eksternal

Selain baterai yang bisa diganti, selama ini keunggulan lain dari device flagship Samsung adalah kehadiran memory card eksternal. Dan kali ini, setelah bertahun-tahun, Samsung mengambil langkah untuk menghilangkannya. Mengapa? Jawaban sederhananya adalah karena faktor kecepatan.

Sekali lagi, Samsung sangat bersungguh-sungguh di flagship yang sekarang, untuk menghadirkan device yang tidak hanya cantik dalam desain, tetapi juga hebat dalam performa. Performa smartphone bukan hanya bergantung pada prosesor, tetapi kombinasi kinerja prosesor, memory dan software.

Seringkali kita mengalami, ketika mencari foto di galeri, butuh waktu untuk loading jika gambarnya sudah cukup banyak, atau harus menunggu loading untuk bermain game yang sebagian data pelengkapnya ada di memory card. Penyebab utamanya adalah speed memory card.

Galaxy S6 dan S6 Edge menjadi device pertama yang menggunakan standar format memory tercepat yang baru, UFS 2.0 (Universal Flash Storage).

Sebagai perbandingan, untuk kecepatan readnya UFS 2.0 sanggup 350MB/s, sedangkan memory card hanya 90 MB/s. Pada pengukuran random write, UFS 2.0 memiliki kecepatan 14.000 iops, sedangkan memory card hanya 500 iops, ini berarti 28x lebih cepat.



Jika Samsung memaksakan tetap memakai memory card, maka akan terjadi bottle neck speed di kecepatan baca dan tulis karena faktor memory card eksternal. Padahal Samsung berharap pada device flagship terbarunya ini, flawless experience yang diharapkan diterima penggunana, dengan tidak adanya lagi stuttering atau lag.

Belum cukup hanya mengganti standar storage internalnya, Samsung juga menggunakan RAM tipe baru LPDDR4, dimana kebanyakan RAM device flagship sekarang, baru sampai tipe LPDDR3.

Bukan hanya besaran RAM yang diperlukan untuk multitasking yang lancar, tentunya dengan RAM yang lebih cepat akan menghasilkan kinerja yang jauh lebih optimal.
LPDDR4 memiliki kecepatan 80% sampai 2x lipat dibanding LPDDR3, dan ternyata walaupun lebih cepat, juga memiliki energy efficiency 37% lebih baik dibanding LPDDR3.



Tentu saja tidak semua orang bisa mengerti alasan ini, karena sudah terbiasa dengan penyimpanan eksternal tambahan. Belum lagi pasti timbul pertanyaan, bagaimana jika nanti memory saya penuh?



Selain bisa memilih 3 kapasitas internal storage, di 32 GB, 64 GB dan 128 GB, kapasitas penyimpanan tambahan diberikan Samsung via cloud storage, penyimpanan di internet. Samsung memberikan free cloud storage OneDrive sebesar 115GB untuk digunakan selama 2 tahun.

Sebenarnya cloud storage menjadi salah satu solusi backup data yang baik. Ketika device kita hilang, bagian yang paling penting di dalamnya, biasanya adalah data. Cloud storage bisa difungsikan otomatis untuk senantiasa mem-backup isi data kita seperti foto, catatan, kontak dll tanpa perlu kita lakukan secara manual.

Selain bisa menjadi backup dari data smartphone kita, data di cloud juga dengan mudah bisa kita akses lewat perangkat lain, seperti dari komputer atau tablet, sehingga kerepotan harus mentransfer data bisa dihindari.

Jika kita berpikir untuk membawa data lain yang besar, misalkan film untuk di perjalanan, ketiadaan memory card bukan akhir segalanya. Tetap saja data tersebut bisa digantikan dibawa dalam bentuk penyimpanan flash disk OTG. Cukup koneksikan flashdisk OTG ke Samsung Galaxy S6 atau S6 Edge, maka isi data di flashdisk bisa dibaca dan digunakan secara instan.

Hilangnya Kemampuan Tahan Air

Flagship Samsung sebelumnya, Galaxy S5, memiliki ketahanan terhadap air. Mengapa tidak diteruskan di Galaxy S6? Kita kembali lagi ke pernyataan CEO JK Shin, bahwa mereka belajar dari mendengarkan konsumen, dan belajar dari keberhasilan juga kesalahan.

Dengan mempertahankan kemampuan tahan air, ternyata ada beberapa kendala yang dihadapi, di antaranya:
-. Device tahan air membutuhkan proses pembuatan yang lebih lama dan seksama, jadi membuat lebih lambat di proses fabrikasi.
-. Untuk bisa tahan air, harus ditambahkan beberapa bahan yang akhirnya membuat device lebih tebal dan lebih berat, yang akan berlawanan sekarang ini dengan konsep desain The Next Galaxy yang baru.
-. Ternyata device tahan air bukan jadi pilihan utama para konsumen, jumlah konsumen yang mengharuskan devicenya tahan air pun hanya sedikit.
-. Sudah banyak aksesoris dari pihak ketiga yang bisa membuat device kita tahan air, misalnya dengan membeli casing atau pembungkus khusus yang waterproof.

Itulah kira-kira landasan project zero, yang kalau kita perhatikan, memperlihatkan langkah berani dari Samsung, untuk siap mengambil risiko, berubah, dan memberikan yang terbaik dari segenap kemampuannya.

Sepertinya langkah tersebut terlihat sudah membuahkan hasil, karena dikabarkan dalam seminggu sejak diperkenalkan, flagship Galaxy baru ini sudah mendapat pre order sebanyak 20 juta unit, dan senantiasa diberitakan positif dalam berbagai review dan laporan.

Sekian.

*) Penulis, Lucky Sebastian merupakan sesepuh komunitas Gadtorade. Pria yang tinggal di Bandung ini sejatinya adalah seorang arsitek, tetapi antisiasme yang tinggi akan gadget justru semakin membawa Lucky untuk menjadi gadget enthusiast.

(ash/ash)





Hide Ads