Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Intel Geber Chipset Canggih untuk Smartphone Murah

Intel Geber Chipset Canggih untuk Smartphone Murah


- detikInet

Jakarta - Meski terlambat terjun ke pasar mobile, Intel percaya masih banyak kue bisnis tersisa yang masih bisa dinikmati olehnya. Terlebih lagi dengan adanya fakta belum semua orang di belahan bumi ini yang tersentuh smartphone.

"Saat ini baru dua sampai tiga miliar orang yang terhubung ke internet mobile. Tapi pada tahun 2020, angka tersebut akan mencapai 6-8 miliar," kata Aicha Evans, Vice President & GM Intel Platform Engineering Group, seperti detikINET kutip Forbes, Rabu (11/3/2015).

Menurut Evans, belum semua orang mampu memiliki smartphone meski harganya saat ini mayoritas sudah menyentuh USD 100. Kondisi itu pun dinilai oleh sang raksasa chipset prosesor sebagai peluang sekaligus tantangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Intel pun akhirnya meluncurkan chip seri Atom X3 -- yang sebelumnya dikenal dengan teknologi Sofia -- di sela ajang Mobile World Congress 2015, Barcelona, Spanyol, pekan lalu.

Lewat chipset baru ini, Intel berharap bisa menjawab tantangan dan merebut peluang yang terlewatkan sebelum fokus ke pasar mobile. Chip X3 itu pun telah hadir dalam 27 model smartphone yang berbeda, mulai dari harga USD 75 sampai USD 200.

Saat ini, Intel Atom X3 telah dilengkapi teknologi jaringan 3G, dan akhir tahun nanti akan berjalan di jaringan 4G LTE. Fitur lainnya seperti Bluetooth, WiFi, dan Global Navigation Satellite System juga tersedia dalam setiap keping x3.

"Chip ini bertenaga dan murah. Dan akan mendorong tren industri smartphone berbiaya murah dengan kemampuan tinggi ke arah yang akan sangat ekstrem," kata Christina Bonnington, analis dari Wired.

"Ini sangatlah penting karena bisa menyebabkan akan lebih banyak hardware ponsel pada titik harga USD 50 yang akan menjadi keuntungan besar untuk adopsi smartphone di negara-negara berkembang," jelas Bonnington lebih lanjut.

NPS DisplaySearch memperkirakan, penjualan smartphone dengan biaya kurang dari USD 150 akan naik dua kali lipat setiap tahunnya dari 2010 hingga 2016. Sementara lembaga riset Strategy Analytics memperkirakan penjualan ponsel berbiaya rendah ini bisa mencapai 500 juta unit pada tahun 2015.

Sedangkan lembaga riset Informa memperkirakan pada 2017, smartphone entry-level dengan harga kurang dari USD 150 akan terjual melebihi setengah dari penjualan pasar ponsel keseluruhan.

"Mereka yang mendambakan level high-end, ponsel premium baru yang tipis seperti Galaxy S6 atau iPhone 6 mungkin tidak pernah surut. Namun banyak orang yang tidak mampu atau tak mau mengeluarkan USD 100 untuk sebuah ponsel," jelas Evans.

Sementara Cnet melaporkan bahwa System-on-a-Chip atau SOC biasanya lebih diinginkan oleh para pembuat perangkat karena mereka dapat membuat perangkat lebih ramping dan lebih bertenaga.

"Untuk Intel, ini adalah pertama kalinya kami memiliki SOC yang terintegrasi dengan prosesor aplikasi, pencitraan grafis dan nirkabel. Semua teknologi tersebut dikemas dalam sekeping kecil silikon seukuran kuku ibu jari kaki manusia," pungkas Evans.

(rou/rou)







Hide Ads