Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Mitos Quad Core
Mitos-mitos Smartphone Quad Core
Mitos Quad Core

Mitos-mitos Smartphone Quad Core


- detikInet

Ilustrasi (gettyimages)
Jakarta - Smartphone masa kini, terutama yang memakai sistem operasi Android, banyak yang dibekali prosesor quad core alias empat otak. Dengan inti lebih banyak, performa smartphone quad core diklaim lebih kencang dibanding dual core atau di bawahnya. Benarkah selalu demikian?

Secara teori mungkin memang demikian. Analoginya begini, daripada mempekerjakan satu orang saja di sebuah pabrik (single core), lebih baik mempekerjakan empat orang yang melakukan tugas masing-masing, sehingga proses produksi lebih cepat.

Selain performa lebih cepat, produsen chip quad core juga seringkali mengklaim keawetan baterai jadi lebih baik. Karena setiap core bekerja lebih sedikit untuk menyelesaikan sebuah tugas, asupan dayanya lebih rendah ketimbang kombinasi core lebih sedikit yang harus melakukan tugas berat.

Performa smartphone quad core pun diklaim mumpuni. Membuka aplikasi atau foto akan lebih cepat. Menjalankan video HD akan lebih lancar. Dan main game HD pun bukan masalah besar.

Tapi kenyataannya tidak selalu seperti itu. Tidak secara otomatis menambah jumlah core maka performa smartphone akan otomatis jauh lebih cepat. Rupanya masih cukup banyak faktor lain yang harus diperhatikan.

"Teori dari prosesor multicore adalah Anda ibaratnya bisa membagi-bagi tugas di lebih dari satu prosesor sehingga penyelesaiannya lebih cepat. Memang kedengarannya bagus. Tapi performa yang Anda dapat dari sebuah chip tidak sesederhana hanya dengan menambahkan core," tulis Jessica Dolcourt, pengamat teknologi dari Cnet.

Ingin tahu mitos-mitos dan penjabaran tentang prosesor quad core? Simak dalam ulasan-ulasan berikutnya dari berbagai sumber.


(fyk/ash)







Hide Ads