Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Ini Alasan Feature Phone Masih Laku Keras

Ini Alasan Feature Phone Masih Laku Keras


- detikInet

Jakarta - Di saat smartphone terus membanjiri pasar, feature phone ternyata masih punya pasar tersendiri. Pasar ini belum tersentuh hingar-bingar persaingan teknologi canggih semisal pertarungan Apple vs Samsung.

Bahkan dari data IDC yang detikINET kutip, Selasa (25/3/2014), feature phone diprediksi masih akan merajai penjualan ponsel di Indonesia tahun ini dengan pangsa pasar yang jauh di atas smartphone, 74% berbanding 26%.

Lantas, apa saja alasan para pengguna ponsel masih lebih memilih feature phone ketimbang smartphone yang sudah sangat kaya fitur dengan beragam kecanggihan teknologinya? Simak rangkuman berikut ini.

1. Harga Murah

Tak bisa dipungkiri, faktor harga masih menjadi pertimbangan utama saat pengguna memilih untuk membeli feature phone. Dengan modal Rp 200 ribuan saja, kita sudah bisa beli ponsel ini.

Bandingkan dengan smartphone yang harga paling murahnya berkisar Rp 600 ribuan. Itu artinya, masih ada gap atau selisih Rp 400 ribuan yang buat masyarakat ekonomi kelas bawah sangat besar artinya.

Murahnya harga feature phone juga sangat membantu penetrasi ke masyarakat Indonesia yang belum punya ponsel untuk bisa memilikinya tanpa harus mengeluarkan uang banyak.

Itu sebabnya, penjualan ponsel fitur ini lebih banyak dibidik untuk pengguna pinggir kota seperti kaum sub-urban, para orang tua, anak-anak sekolah dasar, karyawan level menengah bawah, sampai buruh pabrik.

1. Harga Murah

Tak bisa dipungkiri, faktor harga masih menjadi pertimbangan utama saat pengguna memilih untuk membeli feature phone. Dengan modal Rp 200 ribuan saja, kita sudah bisa beli ponsel ini.

Bandingkan dengan smartphone yang harga paling murahnya berkisar Rp 600 ribuan. Itu artinya, masih ada gap atau selisih Rp 400 ribuan yang buat masyarakat ekonomi kelas bawah sangat besar artinya.

Murahnya harga feature phone juga sangat membantu penetrasi ke masyarakat Indonesia yang belum punya ponsel untuk bisa memilikinya tanpa harus mengeluarkan uang banyak.

Itu sebabnya, penjualan ponsel fitur ini lebih banyak dibidik untuk pengguna pinggir kota seperti kaum sub-urban, para orang tua, anak-anak sekolah dasar, karyawan level menengah bawah, sampai buruh pabrik.

2. Baterai Tahan Lama

Dibandingkan smartphone, feature phone memang lebih unggul dalam urusan baterai. Tentu sangat jarang kita lihat pengguna feature phone yang menenteng powerbank.

Meskipun tenaga di baterai feature phone hanya sekitar 800 mAh, namun untuk urusan daya tahan tak usah diragukan lagi. Baterai masih bisa awet berhari-hari.

Bandingkan dengan smartphone yang tak sampai sehari penuh sudah harus dicharge berkali-kali meskipun rata-rata sudah 2.000 mAh ke atas power baterainya.

2. Baterai Tahan Lama

Dibandingkan smartphone, feature phone memang lebih unggul dalam urusan baterai. Tentu sangat jarang kita lihat pengguna feature phone yang menenteng powerbank.

Meskipun tenaga di baterai feature phone hanya sekitar 800 mAh, namun untuk urusan daya tahan tak usah diragukan lagi. Baterai masih bisa awet berhari-hari.

Bandingkan dengan smartphone yang tak sampai sehari penuh sudah harus dicharge berkali-kali meskipun rata-rata sudah 2.000 mAh ke atas power baterainya.

3. Beragam Varian

Dari sisi fitur, aplikasi, dan kecanggihan teknologi, feature phone jelas kalah jauh dibanding smartphone. Namun mengingat harganya murah dan baterainya awet, feature phone tak serta-merta ditinggalkan.

Buktinya ada 46,9 juta unit yang bakal dikapalkan sepanjang 2014 ini. Itu artinya, pasar feature phone masih sangat besar. Pilihannya juga beragam. Mulai dari casing hingga varian produk.

Advan, misalnya. Tak cuma sekadar merilis ponsel fitur yang bisa halo-halo dan sekadar berkirim pesan singkat lewat SMS maupun chatting dengan instant messaging basic, namun juga akan merilis beragam tipe feature phone.

Mulai dari tipe Candybar maupun Qwerty, baik itu GSM maupun CDMA, kamera VGA sampai 1,3 MP, juga dilengkapi Audio/Video Player, Radio dan juga TV Analog. Bahkan nantinya ada juga feature phone yang menawarkan fitur powerbank 2.000 mAh dan feature phone dengan memori 32 GB.

Alasan masyarakat masih menggunakan ponsel fitur juga karena 100% keunggulan fungsi yang dimiliki oleh ponsel cerdas hanya 20%-30% fitur saja yang sering digunakan.

"Berbeda dengan ponsel fitur, dimana dari 100% fungsi yang ada, sekitar 90% fiturnya pasti digunakan oleh masyarakat," ucap Tjandra Lianto, Marketing Director Advan.

3. Beragam Varian

Dari sisi fitur, aplikasi, dan kecanggihan teknologi, feature phone jelas kalah jauh dibanding smartphone. Namun mengingat harganya murah dan baterainya awet, feature phone tak serta-merta ditinggalkan.

Buktinya ada 46,9 juta unit yang bakal dikapalkan sepanjang 2014 ini. Itu artinya, pasar feature phone masih sangat besar. Pilihannya juga beragam. Mulai dari casing hingga varian produk.

Advan, misalnya. Tak cuma sekadar merilis ponsel fitur yang bisa halo-halo dan sekadar berkirim pesan singkat lewat SMS maupun chatting dengan instant messaging basic, namun juga akan merilis beragam tipe feature phone.

Mulai dari tipe Candybar maupun Qwerty, baik itu GSM maupun CDMA, kamera VGA sampai 1,3 MP, juga dilengkapi Audio/Video Player, Radio dan juga TV Analog. Bahkan nantinya ada juga feature phone yang menawarkan fitur powerbank 2.000 mAh dan feature phone dengan memori 32 GB.

Alasan masyarakat masih menggunakan ponsel fitur juga karena 100% keunggulan fungsi yang dimiliki oleh ponsel cerdas hanya 20%-30% fitur saja yang sering digunakan.

"Berbeda dengan ponsel fitur, dimana dari 100% fungsi yang ada, sekitar 90% fiturnya pasti digunakan oleh masyarakat," ucap Tjandra Lianto, Marketing Director Advan.

4. Masih Diminati Raksasa

Tak hanya digarap oleh vendor Tiongkok yang kerap memberi label merek lokal, vendor lain seperti Nokia dan Samsung juga punya masih mengandalkan feature phone yang tentunya tak kalah gengsi.

Mulai dari Candybar, Qwerty, sampai Full Touchscreen juga ada. Harganya juga tak mahal. Belum lama ini Nokia merilis seri Asha terbarunya yang dibanderol cuma 230 euro untuk menggempur pasar di bawah Rp 500 ribu.

Bermain di segmen pasar murah jelas menjadi opsi yang tak mau ditinggalkan begitu saja bagi para vendor yang ingin membesarkan pangsa pasar.

"Feature phone ini bisnis recehan, marginnya cuma single digit. Itu sebabnya, untuk menguasai pasar harus main di volume yang besar," kata Tjandra.

4. Masih Diminati Raksasa

Tak hanya digarap oleh vendor Tiongkok yang kerap memberi label merek lokal, vendor lain seperti Nokia dan Samsung juga punya masih mengandalkan feature phone yang tentunya tak kalah gengsi.

Mulai dari Candybar, Qwerty, sampai Full Touchscreen juga ada. Harganya juga tak mahal. Belum lama ini Nokia merilis seri Asha terbarunya yang dibanderol cuma 230 euro untuk menggempur pasar di bawah Rp 500 ribu.

Bermain di segmen pasar murah jelas menjadi opsi yang tak mau ditinggalkan begitu saja bagi para vendor yang ingin membesarkan pangsa pasar.

"Feature phone ini bisnis recehan, marginnya cuma single digit. Itu sebabnya, untuk menguasai pasar harus main di volume yang besar," kata Tjandra.

5. Pelengkap Smartphone

Dengan fitur yang tak jelek-jelek amat, apalagi harganya murah dan baterainya lumayan awet, maka belakangan banyak pengguna yang kembali mengandalkan feature phone sebagai pelengkap.

Dengan banderol hanya seharga dua kali isi pulsa prabayar Rp 100 ribu, feature phone juga kerap dijadikan senjata andalan untuk melengkapi pengguna smartphone yang butuh talktime lebih lama.

"Ponsel fitur ini dibutuhkan di saat orang yang biasa pakai smartphone kehabisan baterai atau untuk talktime yang lebih lama saat perlu untuk melakukan panggilan telepon," kata Tjandra.

5. Pelengkap Smartphone

Dengan fitur yang tak jelek-jelek amat, apalagi harganya murah dan baterainya lumayan awet, maka belakangan banyak pengguna yang kembali mengandalkan feature phone sebagai pelengkap.

Dengan banderol hanya seharga dua kali isi pulsa prabayar Rp 100 ribu, feature phone juga kerap dijadikan senjata andalan untuk melengkapi pengguna smartphone yang butuh talktime lebih lama.

"Ponsel fitur ini dibutuhkan di saat orang yang biasa pakai smartphone kehabisan baterai atau untuk talktime yang lebih lama saat perlu untuk melakukan panggilan telepon," kata Tjandra.

6. Sekali Pakai Buang

Murahnya harga feature phone membuat timbul stigma sekali pakai buang kalau sudah rusak. Pasalnya, dengan harga cuma Rp 200 ribuan, berapa biaya yang pantas untuk reparasinya?

Untuk dijual lagi pun rasanya juga terlalu murah. Mungkin paling mahal hanya sekitar Rp 50 ribu atau Rp 100 ribu. Atau biasanya hanya ditawarkan untuk dibarter dengan pulsa seluler senilai Rp 20-50 ribuan.

Saking murahnya harga feature phone ini juga membuat Advan tak mau bela-belain memasukkannya sebagai daftar produk yang akan dirakit sendiri di pabriknya di Semarang.

"Effort yang dikeluarkan terlalu besar untuk margin yang terlalu kecil, cuma single digit. Beda halnya dengan smartphone dan tablet yang masih double digit marginnya," jelas Tjandra.

6. Sekali Pakai Buang

Murahnya harga feature phone membuat timbul stigma sekali pakai buang kalau sudah rusak. Pasalnya, dengan harga cuma Rp 200 ribuan, berapa biaya yang pantas untuk reparasinya?

Untuk dijual lagi pun rasanya juga terlalu murah. Mungkin paling mahal hanya sekitar Rp 50 ribu atau Rp 100 ribu. Atau biasanya hanya ditawarkan untuk dibarter dengan pulsa seluler senilai Rp 20-50 ribuan.

Saking murahnya harga feature phone ini juga membuat Advan tak mau bela-belain memasukkannya sebagai daftar produk yang akan dirakit sendiri di pabriknya di Semarang.

"Effort yang dikeluarkan terlalu besar untuk margin yang terlalu kecil, cuma single digit. Beda halnya dengan smartphone dan tablet yang masih double digit marginnya," jelas Tjandra.

7. Bertahan Sampai Kapan?

Feature phone memang masih besar pangsa pasarnya di Indonesia. Namun yang tadinya 74%, perlahan-lahan dominasinya bakal digerus oleh smartphone yang juga terus turun harganya.

Diproyeksi IDC, pangsa pasar feature phone hanya akan tersisa 35% di 2017 nanti atau tiga tahun dari sekarang. Meski demikian, bisnis feature phone ini tidak serta-merta langsung mati hingga 2020 mendatang selama masih ada pasarnya.

Menurut Advan, feature phone dan smartphone saat ini masih punya gap sekitar Rp 400 ribu jika melihat harga termurah feature phone yang berkisar Rp 200 ribu, dan yang termahal Rp 500 ribu. Sementara smartphone termurah sudah sekitar Rp 600 ribu.

"Jika nantinya harga smartphone dan feature phone sudah mendekati, pasti pengguna feature phone akan berpindah ke smartphone. Seperti tren TV tabung dan TV LCD, saat harganya sudah tak beda jauh, pengguna pun migrasi," tandas Tjandra.

7. Bertahan Sampai Kapan?

Feature phone memang masih besar pangsa pasarnya di Indonesia. Namun yang tadinya 74%, perlahan-lahan dominasinya bakal digerus oleh smartphone yang juga terus turun harganya.

Diproyeksi IDC, pangsa pasar feature phone hanya akan tersisa 35% di 2017 nanti atau tiga tahun dari sekarang. Meski demikian, bisnis feature phone ini tidak serta-merta langsung mati hingga 2020 mendatang selama masih ada pasarnya.

Menurut Advan, feature phone dan smartphone saat ini masih punya gap sekitar Rp 400 ribu jika melihat harga termurah feature phone yang berkisar Rp 200 ribu, dan yang termahal Rp 500 ribu. Sementara smartphone termurah sudah sekitar Rp 600 ribu.

"Jika nantinya harga smartphone dan feature phone sudah mendekati, pasti pengguna feature phone akan berpindah ke smartphone. Seperti tren TV tabung dan TV LCD, saat harganya sudah tak beda jauh, pengguna pun migrasi," tandas Tjandra.

(rou/ash)









Hide Ads