IDC menginformasikan, di kuartal ketiga tahun 2012, produk telepon seluler di Indonesia mencetak rekor dengan jumlah 15,5 juta unit.
Angka tersebut mencerminkan pertumbuhan 13% dibandingkan kuartal yang sama tahun 2011 (quarter on quarter) dan 14% year on year.
Dari angka keseluruhan itu, ponsel jenis feature phone masih memberikan kontribusi terbesar dengan 87,33% atau sekitar 13,5 juta unit.
Sementara di tahun 2013, masih menurut data IDC, pengapalan ponsel di Indonesia tembus 48,6 juta unit. Dimana 10,9 juta di antaranya berasal dari segmen smartphone. Jadi bisa dibayangkan masih sangat besarnya peminat feature phone di Tanah Air.
"Di tahun 2014, IDC memperkirakan pengapalan (shipment) ponsel di Indonesia akan terus melonjak, menembus angka 63,4 juta unit. Dimana 26% di antaranya berasal dar smartphone," lanjut data IDC yang diterima detikINET, Selasa (11/3/2014).
Dengan pasar yang masih berpotensi, Andy Gusena selaku Marketing Manager Advan menilai, pasar feature phone sejatinya masih mendapat tempat di hati konsumen Indonesia, di tengah maraknya desakan smartphone.
"Feature phone sebagai ponsel berkemampuan dasar merupakan satu-satunya ponsel yang mampu memenuhi kebutuhan utama berkomunikasi. Karena dengan feature phone kualitas suara lebih bagus, media SMS lebih enak, dan baterai tahan lama,β ujarnya.
Penelitian juga menyebut bahwa masyarakat indonesia cenderung mengganti ponsel jenis feature phone setiap 7-11 bulan sedangkan smartphone setiap 8-13 bulan. Hal ini dapat dilihat, meski tidak signifikan namun penjualan feature phone tetap menggiurkan.
Dengan market share yang masih potensial tersebut, Advan pun melihat peluang untuk melebarkan pasarnya sebagai produsen feature phone di tahun 2014 ini.
Namun bukan sekedar menghadirkan produk feature phone untuk kebutuhan berkomunikasi atau menitikberatkan pada communication function tapi juga ingin memberikan kualitas dari segi fingsi dan fitur, menurut Tjandra Lianto sebagai Marketing Director Advan.
Market Analyst for Client Devices Research IDC Indonesia Darwin Lie pernah menyampaikan jika merek-merek lokal kesulitan bersaing di segmen smartphone karena brand-brand asing menawarkan model-model dengan harga bersaing.
Ditambah lagi di segmen smartphone, konsumen masih peduli terhadap merek, berbeda dengan feature phone.
βAnalisa tersebut memberikan keyakinan kami bahwa sudah saatnya pasar feature phone kembali bangkit dengan menghadirkan produk yang mampu memberikan varian baru dengan kekuatan nilai kualitas dan harga yang rasional dibanding brand yang telah ada sebelumnya seperti Evercoss, Mito hingga Nokia,β pungkas Tjandra.
(ash/ash)