Indonesia dinilai memiliki peluang besar meningkatkan ekonomi digital jika dengan tepat mempercepat adopsi teknologi generasi berikutnya, terutama 5G.
GSMA mengungkapkan bahwa investasi yang tepat sasaran di sektor digital dapat menghasilkan nilai tambah hingga USD 41 miliar atau sekitar Rp 683 triliun (kurs USD 1 = Rp 16.678) bagi PDB nasional sepanjang 2024-2030.
Temuan tersebut berasal dari dua laporan terbaru GSMA, yakni Digital Nations 2025 dan ASEAN Consumer Scam Report 2025, yang menyoroti kesiapan Indonesia menghadapi era konektivitas cerdas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut GSMA Intelligence, gelombang investasi 5G berikutnya berpotensi membuka peluang ekonomi besar bagi Indonesia. Infrastruktur 5G, fibre backhaul, dan pusat data yang siap menangani beban AI disebut sebagai pilar utama pertumbuhan digital dalam lima tahun ke depan.
Julian Gorman, Head of Asia Pacific GSMA, menilai Indonesia memiliki modal kuat untuk menjadi pemimpin digital di kawasan.
"Skala Indonesia, energi kewirausahaan, dan populasi muda yang sangat terhubung memberi peluang besar," ujar Gorman dikutip Sabtu (13/12/2025).
Disampaikannya juga bahwa investasi yang tepat sasaran, spektrum yang terjangkau dan dapat diprediksi, backhaul yang tangguh, serta pusat data siap AI yang berkelanjutan dan didukung perlindungan konsumen yang jelas.
"Dengan sinyal kebijakan yang kuat dan eksekusi lintas sektor, Indonesia dapat berinovasi dengan menarik modal swasta, memperkuat pertahanan terhadap penipuan, dan mempercepat pertumbuhan inklusif di seluruh nusantara," ungkapnya.
Sebagai informasi sejak 2015, operator seluler di Indonesia sudah menggelontorkan hampir USD 29 miliar untuk jaringan dan layanan digital. Namun, GSMA memperkirakan masih ada ruang investasi baru senilai USD16 miliar hingga 2030, terutama untuk memperluas cakupan 5G dan menciptakan ekosistem digital yang lebih matang.
Temuan ini menegaskan bahwa permintaan terhadap jaringan 5G dan layanan digital berperforma tinggi akan terus meningkat.
Meski potensinya besar, GSMA juga menyoroti sejumlah tantangan yang bisa menahan laju Indonesia. Dalam laporan Digital Nations 2025, Indonesia berada di posisi tengah dari 21 negara Asia Pasifik yang dinilai. Kekuatan Indonesia ada pada talenta digital dan keamanan siber, tetapi beberapa sektor membutuhkan perhatian lebih.
Hal yang sorotan GSMA adalah alokasi spektrum mid-band 5G masih lebih lambat dibanding negara tetangga, cakupan koneksi di pedesaan belum merata, dan kapasitas pusat data siap AI masih terbatas.
GSMA menyebutkan tanpa perbaikan di area tersebut, Indonesia berisiko kehilangan momentum saat adopsi digital terus meningkat.
(agt/agt)