Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Batu Unik Ini Diduga Potongan Bumi Purba Sebelum Ada Bulan

Apa Itu AI Bubble yang Bikin Khawatir Jagat Teknologi


Fino Yurio Kristo - detikInet

Businesswomen leverage artificial intelligence to analyze market data to identify target audiences and business growth trends, crafting effective marketing strategies and gaining a competitive edge.
Apa Itu AI Bubble yang Bikin Khawatir Jagat Teknologi. Foto: Getty Images/Prae_Studio
Jakarta -

Para pakar khawatir AI bubble akan terjadi dan mengancam perekonomian. Bubble mengacu pada situasi ketika harga suatu aset naik pesat dan melebihi nilai intrinsik aset tersebut. Gelembung ini bisa pecah dan kehilangan nilai secara drastis.

"Saya tahu menulis cerita gelembung itu menggoda. Faktanya, ada banyak bagian dari AI yang menurut saya agak bergelembung saat ini," cetus CEO OpenAI, Sam Altman, baru-baru ini.

Di Silicon Valley, perdebatan tentang apakah perusahaan AI dinilai terlalu tinggi. Ada kekhawatiran perusahaan-perusahaan ini dinilai terlalu mahal. Altman memperkirakan investor akan membuat beberapa keputusan buruk dan startup yang sebenarnya kurang bagus memborong uang dalam jumlah besar. Tetapi tidak dengan OpenAI karena ia mengklaim ada sesuatu yang nyata terjadi di perusahaannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Peringatan akan gelembung AI datang dari Bank of England, IMF, serta bos JP Morgan Jamie Dimon. Pengusaha AI awal Jerry Kaplan mengatakan mengalami empat gelembung. Ia terutama khawatir sekarang mengingat besarnya uang yang beredar dibanding ledakan dot-com.

"Ketika gelembung pecah, itu akan sangat buruk, dan bukan hanya bagi orang-orang di bidang AI. Itu akan menyeret ekonomi secara keseluruhan," katanya seperti dikutip detikINET dari BBC.

Di pihak lain, Prof Anat Admati dari Stanford menyebut sulit meramalkan dengan pasti. "Sangat sulit untuk menentukan waktu terjadinya gelembung. Dan Anda tidak bisa mengatakan dengan pasti bahwa Anda berada di dalamnya sampai gelembung itu pecah," katanya.

Pendapat CEO Nvidia dan CEO Google

CEO Google, Sundar Pichai, menyebut bahwa tiap perusahaan akan terdampak jika gelembung AI pecah. Dalam wawancara eksklusif dengan BBC, Pichai mengatakan walau pertumbuhan investasi AI merupakan momen luar biasa, ada beberapa irasionalitas dalam ledakan AI saat ini.

Ketika ditanya apakah Google kebal terhadap dampak pecahnya gelembung AI, Pichai mengatakan mereka dapat bertahan menghadapi potensi badai itu namun tetap memberikan peringatan. "Saya rasa tidak ada perusahaan yang akan kebal, termasuk kami," ujarnya

Pichai mengatakan model unik Google yang menguasai teknologi, mulai dari chip hingga data YouTube, membuatnya berada dalam posisi lebih kuat untuk menghadapi gejolak pasar AI.

Adapun CEO Nvidia Jensen Huang menilai takkan ada gelembung AI pecah. "Banyak orang membicarakan soal bubble AI. Dari sudut pandang kami, kami melihat sesuatu yang sangat berbeda," sebutnya belum lama ini.

Dalam banyak hal, pernyataan Huang itu wajar. Ia memimpin perusahaan yang menjadi jantung ledakan AI dan mendongkrak kapitalisasi pasar Nvidia hingga USD 4,5 triliun berkat lonjakan permintaan GPU mereka.

Bantahan tegas Huang terhadap isu bubble penting karena seluruh penyedia cloud raksasa Amazon, Microsoft, Google, dan Oracle adalah pelanggan Nvidia. Sebagian besar pengembang model AI termasuk OpenAI, Anthropic, xAI, dan Meta, juga pembeli besar GPU Nvidia.

Ia menjabarkan tiga alasan utama mengapa kita tidak sedang berada dalam fase bubble. Pertama bidang-bidang seperti pemrosesan data, rekomendasi iklan, sistem pencarian, dan rekayasa teknik kini beralih ke GPU karena mereka membutuhkan AI.

Kedua menurut Huang, AI tak hanya diintegrasikan ke aplikasi yang sudah ada, tapi juga akan memungkinkan terciptanya aplikasi-aplikasi yang benar-benar baru. Terakhir, Agentic AI akan mampu menalar dan membuat perencanaan, sehingga membutuhkan daya komputasi jauh lebih besar.

Saksikan Live DetikPagi :




(fyk/afr)





Hide Ads