Presiden Amerika Serikat Donald Trump akhirnya meneken perintah eksekutif yang mengatur penjualan operasi TikTok di wilayah AS. Aplikasi video pendek populer milik ByteDance asal China ini akan dijalankan oleh perusahaan baru bernilai sekitar USD 14 miliar (sekitar Rp 228 triliun), khusus untuk di AS.
Trump mengatakan penjualan ini adalah cara untuk mematuhi UU keamanan nasional yang disahkan pada 2024, yang mewajibkan TikTok dilepas dari kepemilikan China jika ingin terus beroperasi di AS. "Ini akan jadi 100% beroperasi di Amerika," kata Trump di Gedung Putih.
Trump mengatakan Presiden China Xi Jinping sudah memberi lampu hijau untuk transaksi ini. "Saya bicara dengan Presiden Xi. Saya jelaskan apa yang kita lakukan, dan dia bilang silakan lanjutkan," kata Trump.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, hingga kini pemerintah China belum memberikan pernyataan resmi. ByteDance dan TikTok juga masih bungkam.
Oracle dan Investor Global Ikut Ambil Bagian
Menurut sumber Reuters, Oracle bersama Silver Lake dan sejumlah investor lain akan menguasai sekitar 50% saham TikTok AS. Sebagian saham lain akan dimiliki investor lama ByteDance seperti KKR dan General Atlantic, sementara ByteDance sendiri hanya boleh memegang kurang dari 20%.
Selain itu, ByteDance masih berhak menunjuk 1 dari 7 kursi dewan direksi di entitas baru. Enam kursi sisanya dikuasai investor asal Amerika.
Trump mengklaim beberapa nama besar lain ikut dalam konsorsium, di antaranya Michael Dell (Dell Technologies) dan Rupert Murdoch (News Corp). Namun detail final soal struktur kepemilikan masih bisa berubah.
Algoritma Jadi Pertanyaan Besar
Meski deal ini sudah diteken, ada tanda tanya besar terkait aset utama TikTok: algoritma rekomendasi konten. Trump menyebut algoritma akan "dilatih ulang" dan diawasi oleh mitra keamanan AS, tapi sejumlah pakar hukum menilai tidak jelas sejauh mana ByteDance masih punya kendali.
Alan Rozenshtein, profesor hukum di University of Minnesota, menilai perintah eksekutif Trump belum cukup transparan. "Presiden sudah mengesahkan deal ini, tapi detail soal algoritma belum dijelaskan," ujarnya.
Sementara itu, analis Wedbush Securities Dan Ives menaksir valuasi TikTok tanpa algoritma bisa berada di kisaran USD 30-40 miliar, jauh di atas angka USD 14 miliar yang diumumkan pemerintah AS.
(asj/asj)