China Ancam Korsel Jangan Ekspor Produk Tanah Jarang ke AS
Hide Ads

China Ancam Korsel Jangan Ekspor Produk Tanah Jarang ke AS

Fino Yurio Kristo - detikInet
Jumat, 25 Apr 2025 07:40 WIB
Indonesia disebut memiliki 512 titik harta karun yang tersebar di tambang timah. Harta karun ini disebut-disebut mempunyai nilai investasi yang sangat besar dan dunia pun sedang berlomba-lomba mencarinya.
Logam tanah jarang. Foto: Rachman_punyaFOTO
Seoul -

China menguasai pasokan mineral tanah jarang dunia, yang sangat dibutuhkan dalam berbagai industri seperti pertahanan dan transportasi. Seiring panasnya perang dagang dengan Amerika Serikat, China melarang perusahaan Korea Selatan ekspor produk yang mengandung tanah jarang ke AS.

Media Korea Selatan memberitakan bahwa Kementerian Perdagangan China mengirim permintaan resmi ke setidaknya dua perusahaan Korsel untuk mematuhi larangan itu. Jika tidak, mereka akan terancam sanksi.

Tak disebut produk apa yang diincar, kemungkinan antara baterai, kendaraan listrik, peralatan medis atau penerbangan. Ini adalah pertama kalinya Beijing melakukan kontrol ekspor tanah jarang secara formal pada perusahaan non AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip detikINET dari Fox News, China awal bulan ini membatasi 7 jenis mineral tanah jarang ke AS, sebagai balasan tarif yang diberlakukan pada negara itu. Pembatasan ini bisa berimbas negatif pada berbagai industri penting di AS.

China menambang 70% tanah jarang di dunia dan memproses 90% pasokan global. Antara 2020 dan 2023, AS mengandalkan China untuk 70% impornya atas semua senyawa dan logam tanah jarang.

ADVERTISEMENT

Ahli mengatakan kontrol ekspor China membuat seluruh dunia memiliki alternatif sangat terbatas. Namun AS berupaya mengatasi kesenjangan itu. Sejak 2020, Departemen Pertahanan AS memberi lebih dari USD 439 juta untuk membangun rantai pasokan tanah jarang domestik.

Namun demikian, pakar mengatakan dalam waktu dekat, mustahil AS bisa memenuhi seluruh kebutuhan tanah jarang dalam waktu dekat.

"AS hampir tidak memproduksi bahan-bahan yang baru saja dibatasi dan China tidak dapat sepenuhnya digantikan sebagai penyedia bahan-bahan itu," cetus Luisa Moreno, direktur di Defense Metals Corp.




(fyk/fay)