Ketersediaan tool generative AI untuk publik pada tahun 2023 telah menciptakan perhatian lebih besar terhadap peluang baru AI, yang akan semakin cepat di tahun baru ini.
Lalu, pasar generative AI di Indonesia diperkirakan akan mencapai USD 212,6 juta pada 2023 dengan laju pertumbuhan tahunan sebesar 27%. Di tahun mendatang, perusahaan-perusahaan di Indonesia harus bisa menyertakan AI ke dalam organisasi mereka secara efektif, sekaligus menangkap peluang dari tren-tren baru lainnya untuk mendorong pertumbuhan bisnis mereka.
Berikut beberapa tren utama dalam bisnis dan teknologi yang akan membuka era baru bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia dan cara untuk mengimplementasikannya:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
AI berubah dari "nice to have" menjadi "must have
Industri AI, yang diharapkan akan tumbuh dari USD 95,60 miliar menjadi USD 1,8triliun pada tahun 2030, akan jadi salah satu pendorong utama ekonomi dunia di dekade berikutnya. Namun, Perusahaan-perusahaan belum sepenuhnya siap memanfaatkan peluang ini.
AI Readiness Index tahunan Cisco mengungkapkan bahwa hanya 1 dari 5 (20%) organisasi di Indonesia yang benar-benar siap untuk menjalankan dan memanfaatkan AI, dengan 68% mengakui kekhawatiran besar mengenai dampaknya terhadap bisnis jika mereka gagal mengambil langkah dalam 12 bulan mendatang.
Namun untungnya hampir semua (99%) organisasi sudah memiliki strategi AI yang kuat atau sedang dalam proses untuk mengembangkan strategi tersebut. Namun mereka tetap harus memastikan kesiapannya untuk AI dan menumbuhkan talenta yang kuat.
Adopsi AI yang bertanggung jawab dan etis akan dimulai dengan tata kelola yang didukung oleh kepercayaan dan transparansi
AI menjanjikan keuntungan transformatif tetapi dalam pengadopsiannya penuh dengan risiko yang menuntut berbagai organisasi untuk memiliki kerangka kerja kebijakan dan protokol yang kuat untuk memandu pengelolaan data dan sistem AI yang etis dan bertanggung jawab.
Privasi data adalah risiko utama, dengan hanya satu pertiga responden di Indonesia mengatakan mereka memiliki kebijakan dan protokol AI yang sangat menyeluruh. Bias adalah sebuah risiko lain, karena 14% organisasi tidak memiliki mekanisme sistematis untuk mendeteksi bias data.
Ketika dampak AI meningkat, kerangka peraturan akan terus berkembang, sehingga mengharuskan berbagai perusahaan untuk tetap update dengan peraturan setempat dan internasional yang relevan, dan menerapkan kebijakan-kebijakan internal di waktu yang tepat, untuk mengatasi masalah privasi dan keamanan data, serta penggunaan teknologi AI yang bertanggung jawab dan etis.
Perusahaan yang mengembangkan aplikasi AI harus mempertimbangkan untuk membenamkan keamanan, privasi dan kepercayaan berdasarkan proses desain di seluruh siklus pengembangan inovasi mereka dan aplikasinya dalam produk, layanan dan operasional perusahaan.
Era baru infrastruktur jaringan yang intuitif akan muncul untuk memberikan keamanan dan kecerdasan tinggi bagi berbagai perusahaan
Ketika perusahaan-perusahaan terus memanfaatkan teknologi baru seperti AI untuk kemajuan bisnis, infrastruktur digital mereka akan memainkan peran yang lebih penting dari yang mereka pikirkan.
Membangun jaringan modern dan cerdas akan menjadi bagian penting dari pertumbuhan perusahaan karena skalabilitas dan integrasi jaringan mereka dengan beban kerja AI atau teknologi baru bisa menjadi pembeda satu-satunya untuk kesuksesan mereka dalam memanfaatkan AI dan inovasi.
Perusahaan-perusahaan akan menyadari kebutuhan akan platform keamanan terintegrasi yang bisa menyediakan visibilitas yang komprehensif bagi organisasi mereka, terutama ketika keamanan siber menjadi semakin kompleks di dalam lingkungan multi-aplikasi dan multi-cloud, dan ketika karyawan bekerja dari lokasi berbeda, dengan menggunakan beberapa koneksi, dan mengakses informasi di seluruh platform yang berbeda pula.
Pada bagian inti, jaringan akan memainkan peran penting dalam penyediaan visibilitas yang luas dan mendalam bagi setiap pengguna, perangkat atau entitas di dalam lingkungan perusahaan. Hal ini pada gilirannya akan membuat jaringan menjadi titik kendali satu-satunya untuk mendeteksi dan memperbaiki ancaman keamanan dan menerapkan kebijakan keamanan guna mengatasi gerakan lateral ancaman di semua jaringan dan meminimalkan waktu yang dibutuhkan untuk mengisolasi ancaman saat terdeteksi.
2024 Kemajuan program aksi iklim akan dinilai dan dipertanggungjawabkan
Tahun 2023 diperkirakan akan menjadi tahun terpanas dalam catatan sejarah, sehingga ada kebutuhan sangat penting untuk membatasi peningkatan suhu tidak lebih dari 1,5 derajat Celsius guna menghindari perubahan yang bisa membawa bencana terhadap iklim.
Perusahaan-perusahaan akan menghadapi tekanan untuk membuat kemajuan dalam program keberlanjutan mereka dengan teknologi yang memainkan peran penting dalam menyediakan visibilitas dan wawasan dari data center ke lingkungan perusahaan, yang akan membantu mereka mengukur emisi secara akurat dan membuat rencana untuk menciptakan bangunan cerdas dan ruang kerja pintar.
Manusia dan kesigapan mereka terhadap perubahan akan tetap menjadi inti kesuksesan dalam upaya transformasi digital
Ketika perusahaan di Indonesia melanjutkan perjalanan digitalisasi, mereka harus memastikan bahwa karyawan mereka mampu mengimbangi pertumbuhan perusahaan tersebut. Meskipun industri teknologi terus berkembang di Indonesia, tetap ada kekurangan tenaga kerja di bidang teknologi dan Tingkat permintaannya tinggi.
Hal ini memberikan peluang bagi berbagai organisasi untuk mengembangkan pekerja profesional teknologi masa depan yang dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk beradaptasi dengan lanskap teknologi yang berkembang.
Di sinilah program skills-to-job seperti Cisco Networking Academy, bisa membantu menjembatani kesenjangan tenaga kerja teknologi saat ini. Program ini sudah bermitra dengan lembaga-lembaga pendidikan tinggi untuk membekali lebih dari 380.000 siswa di Indonesia dengan berbagai keterampilan yang sangat dicari dalam industri, seperti keamanan siber, data science, dan jaringan. Program ini juga menargetkan untuk memberikan pelatihan keterampilan digital dan keamanan digital kepada 6,7 juta orang di Asia Pasifik hingga tahun 2023.
"Selain dari menumbuhkan jajaran talenta yang kuat, berbagai organisasi harus memastikan bahwa mereka mengembangkan budaya yang tepat, yang berakar pada tujuan, dan transformasi manajemen agar tetap lincah. Kami sudah melihat langsung bagaimana hal ini telah membantu tim untuk mampu terus terhubung dan berkolaborasi dengan satu sama lain dan dengan perusahaan saat mereka mengarungii lingkungan makro ekonomi yang kompleks," kata Marina Kacaribu, Managing Director, Cisco Indonesia, dalam keterangan yang diterima detikINET.