Gelombang PHK masih menerpa beberapa startup. Terbaru adalah produsen sepeda kebugaran canggih, Peloton, yang memangkas 784 karyawan, setelah sebelumnya pada bulan Februari, sudah PHK 2.800 karyawan.
Di bawah kepemimpinan CEO Baru Barry McCarthy, Peloton yang berbasis di Amerika Serikat ini ingin lebih efisien dan bisa meraup untung. Bahkan tak hanya PHK, produk sepeda Peloton juga akan dinaikkan harganya agar margin keuntungan bisa meningkat.
Selain itu, McCarthy juga akan menutup beberapa toko Peloton. Ia ingin menghentikan penurunan pendapatan perusahaan dan membuatnya tumbuh lagi, salah satunya adalah dengan PHK massal itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Perubahan itu penting jika Peloton ingin mendapat aliran keuangan yang positif. Uang tunai adalah oksigen dan oksigen adalah kehidupan," katanya seperti dikutip detikINET dari BBC.
Produk utama Peloton adalah sepeda canggih, di mana di bagian depan ada tablet interaktif agar penggunanya bisa bergabung dalam kelompok latihan secara remote dan fungsi lainnya.
Di masa pandemi di mana orang tak bisa leluasa keluar, sepeda Peloton pun mengalami kenaikan popularitas. Bahkan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, pun gemar menggunakannya untuk menjaga kebugaran.
Bulan Juli kemarin, Peloton mengumumkan tidak lagi memproduksi sepeda sendiri, tapi menyewa manufaktur asal Taiwan, Rexon Industrial karena dipandang lebih efisien biayanya. Fasilitas produksi yang rencananya didirikan di Ohio pun dibatalkan.
Performa keuangan Peloton melambat sejak mulai berakhirnya pandemi Corona dan orang tidak lagi banyak beraktivitas hanya di dalam rumah. Kerugian Peloton mencapai USD 757,1 juta pada Maret kemarin, jauh melonjak dari angka USD 8,6 juta di tahun sebelumnya.
(fyk/afr)