Bukan Hanya Profit, Investasi ke Startup Bantu Perkembangan Digital RI
Hide Ads

Bukan Hanya Profit, Investasi ke Startup Bantu Perkembangan Digital RI

Dea Duta Aulia - detikInet
Jumat, 03 Jun 2022 08:45 WIB
Podcast: Menakar Cuan Saham GoTo
Foto: Tim Infografis/Fauzan Kamil
Jakarta -

Dana investasi yang digelontorkan oleh perusahaan besar kepada startup digital tidak selalu berbicara mengenai untung-rugi dari kenaikan harga saham saja. Aksi tersebut justru bisa memberikan dampak positif pada sejumlah sektor, salah satunya perkembangan dunia digital di Indonesia.

Chief Digital Startup, Ecommerce & Fintech (DEF) Sharing Vision Indonesia Ceo Invst.id (Angel Investor Forum) Nur Islami Javad mengatakan investasi besar yang digelontorkan oleh perusahaan yang sebagian besar kepemilikannya punya Indonesia, seperti Telkomsel ke GOTO bisa berdampak positif terhadap perkembangan startup. Tidak hanya itu, ia meyakini aksi korporasi tersebut pun bisa menjadi 'angin segar' bagi perkembangan ekosistem digital di Indonesia.

"Secara garis besar investasi Telkomsel ke startup itu merupakan 'angin segar' bagi investasi di Indonesia dan ekosistem digitalnya," kata Nur Islami kepada detikcom baru-baru ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan catatan detikcom, Telkomsel telah menyuntikkan dana segar ke Gojek dan GOTO sebanyak dua kali. Pertama, sebesar US$ 150 juta atau sekitar Rp 2,1 triliun ke Gojek pada November 2020. Kedua, Telkomsel kembali menyuntikkan US$ 300 juta atau setara Rp 4,25 triliun kepada GOTO pada Mei 2021.

Ia mengatakan investasi yang dilakukan Telkomsel ke GOTO harusnya bisa diapresiasi. Sebab investor dalam negeri jarang sekali mau menggelontorkan dana besar untuk startup lokal. Justru perusahaan luar negeri lah yang kerap menggelontorkan dana besar ke startup lokal.

ADVERTISEMENT

"Kalo investasi Telkomsel ke GOTO itu sendiri dampaknya ke ekosistem startup lokal sendiri itu besar. Karena biasanya investasi (besar) itu dari luar negeri. Jarang dari lokal itu yang mau investasi dalam jumlah besar," katanya.

Dana investasi besar yang digelontorkan oleh perusahaan kepada startup juga dinilai pada momentum yang tepat. Sebab saat ini, perkembangan startup Indonesia sedang tumbuh dengan pesat.

Ia menjelaskan dibandingkan pada 2015, perkembangan startup saat ini jauh berbeda. Dulu, orang-orang masih asing dengan startup. Namun saat ini, sudah banyak orang yang mengetahui tentang startup.

Begitu juga dari sisi investor. Pada 2015 lalu, masih banyak investor yang belum mengetahui manfaat apa yang bisa mereka dapatkan dari investasi di startup. Namun saat ini, semua telah berubah menjadi lebih positif.

"Dibandingkan dulu dan sekarang perkembangannya jauh sekali. Dulu itu kita bikin komunitas startup Desember 2015 karena bingung mencari ilmu mengenai startup pengetahuan masih langka. Kalau dibandingkan sekarang, itu jauh sekali. Sekarang tuh sudah banyak orang yang mengetahui startup. Indonesia saat ini ekosistem startup-nya sangat hidup," katanya.

Ia menambahkan dengan adanya investasi dari perusahaan lokal maka startup dalam negeri juga cenderung lebih aman dari tekanan perkembangan dunia global. "Inilah kelebihan kalau perusahaan lokal mem-backup startup lokal bisa lebih stabil," ujarnya.

Meskipun investasi perusahaan dalam negeri ke startup lokal menghadirkan sederet manfaat, ia menjelaskan, masih ada pekerjaan rumah yang mesti dihadapi bersama-sama untuk mengembangkan ekosistem digital yakni dengan meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) digital di Indonesia.

Studi East-Venture Capitals dalam Digital Competitiveness Index (DCI) 2021 mencatat SDM digital Indonesia rata-rata nasional baru mencapai skor 20,9 dari 80. Angka tersebut tentu menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak untuk bersama-sama mencetak SDM digital yang berkualitas.

Nur Islami Javad menjelaskan salah satu tantangan yang dihadapi yakni sulitnya mencari SDM digital berkemampuan IT spesifik. "Kita sendiri mencari orang hingga ke kampung-kampung yang memiliki kemampuan IT spesifik itu sulit banget. Itu lebih ke tantangan. Kalau SDM diperbanyak ekosistem startup bisa kencang," ujarnya.

Menurutnya, selain didukung dengan dana investasi, untuk mengembangkan ekosistem digital juga perlu kesadaran dari semua pihak untuk saling berkolaborasi. Setiap pihak seperti pemerintah, komunitas, akademisi, hingga pelaku startup sendiri memiliki perannya masing-masing.

Semua elemen tersebut harus terus bergerak dan jangan sampai saling tunggu. Menurutnya, jika tidak bergerak maka momentum untuk mengembangkan ekosistem digital Indonesia akan hilang dan berpotensi diambil alih oleh orang asing. "Dari sisi pelaku kita tetap bergerilya, kalau tunggu-tungguan takutnya ekosistem keburu kempes atau kedatangan orang luar," katanya.




(akn/ega)