Sejumlah perusahaan rintisan atau startup Indonesia kini sedang dilanda badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Kondisi ini direspon Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara.
Menurutnya, pelaku startup ini jangan hanya punya pola pikirnya bakar uang terus. Tetapi, bagaimana caranya perusahaan yang dinahkodainya itu dapat menguntungkan ke depannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini menjadi peringatan, jangan asal bikin startup dengan bakar uang, tetapi bagaimana route profitability, harus ada kejelasan model bisnisnya," ungkap Rudiantara saat dihubungi detikINET, Kamis (2/5/2022).
Rudiantara menambahkan startup yang melakukan PHK itu cara terakhir setelah melalui efisiensi dari berbagai hal, seperti dari segi biaya pengembangan, operasi, sewa gedung, baru berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM)
Adapun yang mengalami PHK di lingkungan startup tersebut tidak terjadi pada semua startup, melainkan perusahaan rintisan umumnya pada tingkat bootstrap hingga pre series. Kemudian model bisnis yang fokus hanya soal traction, misalnya jumlah download aplikasi sampai jumlah pelanggan.
"Sekarang investor itu melihatnya bukan hanya bakar uang, tapi mereka akan mempertanyakan kalau simpan banyak uang, itu gimana cashflow-nya, itu harus positif. Lalu, kapan EBITDA, kapan laba. Misalkan, investor di ronde pertama itu tanam investasi, di ronde berikutnya dia akan menanyakan model bisnis startup, lalu cashflow, EBITDA, dan labanya arah ke positif atau tidak," tuturnya.
Baca juga: NextiCorn Cari Project Web3 Lokal Terbaik |
Di samping itu semua, Rudiantara mengungkapkan situasi sejumlah startup yang terjadi sekarang merupakan hal biasa dari kacamata bisnis. Ia mencontohkan, dulu ada Nokia yang merupakan ponsel sejuta umat yang dulu sempat berjaya sebelum tengggelam ketika Android muncul.
"Memang model bisnis yang menyesuaikan diri," kata Rudiantara.
Di Indonesia sejak akhir Mei, ada beberapa startup tercatat melakukan PHK. Perusahaan dompet digital LinkAja, edtech Zenous, sampai platform e-commerce JD.ID memangkas sebagian karyawannya.
Di luar negeri, situasinya juga memburuk bagi sebagian startup. Penelusuran dari agregator layoffs.fyi menyebut total 15 ribu pegawai di jagat teknologi kehilangan pekerjaannya di berbagai negara.
(agt/fay)