Penggunaan emoney, ecommerce dan techfin
Pada survey emoney, yang mana 93,7% responden survey kami tahun ini sudah memilikinya. Dalam jawaban terbukanya, tertinggi digunakan Gopay sebesar 79,4%. Disusul OVO 66,63%, Shopee 58,47%, Dana 40,81%, eMoney Mandiri 20,33%, Flazz BCA 18,66%, LinkAja 16,9%, Brizzi 7,54%.
Uang digital terbanyak digunakan untuk membeli makanan secara hantaran (delivery). Kemudian berturut-turut membayar ecommerce, transportasi daring, beli pulsa, bayar kafe dan restoran, bayar tol, bayar minimarket, bayar parkir, dan transportasi umum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun keluhan terbesarnya berkisar di aplikasi tak bisa digunakan, kartu emoney tidak terdeteksi, menambah nominal dilakukan tapi tak terdeteksi, serta nominal saldo berkurang padahal tak digunakan.
Di sisi lain, Quick Response (QR Code) juga makin familiar digunakan dengan jawaban 80% dari 2.095 responden menggunakannya. Biasanya QR Code digunakan saat transaksi di kafe, restoran, minimarket, supermarket, tempat rekreasi, hingga pedagang kaki lima. Simak data lengkapnya di bawah ini:
![]() |
Bagaimana dengan perdagangan daring? Sudah pasti kian meresap dalam kehidupan masyarakat Indonesia. 52,8% responden bahkan mengaku mengalami peningkatan belanja di ecommerce sementara 31,6% mengaku berbelanja tetap serta hanya 12,9% yang menjawab menurun.
Adapun belanja terbesar adalah untuk makanan dan minuman (71,25%), fashion dan mode (55,97%), pulsa (48,92%), buku, hobi, dan koleksi (43,22%), kosmetik dan alat kecantikan (40,05%), grosir/keperluan sehari-hari (34,72%), transportasi jarak jauh (20,98%), ponsel, laptop/komputer (16.09%), dan booking hotel (14,38%).
Menariknya, alasan utama belanja di ecommerce daripada luring adalah karena banyak promo. Setelah itu, karena praktis, bisa belanja kapan dan dimana saja, menghindari keramaian karena pandemi, lebih murah, dan lebih banyak pilihan toko dan produknya. Adapun merek mana yang terfavorit digunakan responden, simak Grafis 1.3 berikut:
![]() |
Terakhir, untuk techfin, Sharing Vision menemukan fakta bahwa tekfin untuk peminjaman (lending) sudah dilakukan 5,9% responden yang mana alasan utama penggunaan adalah karena pencairan cepat dan mudah, persyaratan tidak ribet, pengajuan cepat, serta tidak memerlukan jaminan. Pun demikian, keluhan utama adalah bunga tinggi, aplikasi tidak bisa diakses, penagihan dilakukan hingga ke kolega peminjam, dan adanya teror oleh debt collector. Singkatnya, kian lekatnya kehidupan masyarakat Indonesia pada digital lifestyle, tidak pernah menunjukkan data stagnan apalagi menurun. Akumulasi survey kami sedikitnya dalam 6 tahun terakhir menunjukkan kian bertaringnya digital lifestyle dalam keuangan, terutama pembayaran.
*Dr. Ir. Dimitri Mahayana, M. Eng adalah Chief Lembaga Riset Telematika Sharing Vision, Bandung, sekaligus Dosen STEI ITB Kelompok Keahlian Kendali dan Komputer.
Simak Video "Video Pajak 0,5% E-Commerce, idEA: Tak Berat, Tapi Mekanismenya Harus Jelas"
[Gambas:Video 20detik]
(Dimitri Mahayana/fay)