Sekalipun pandemi seperti tiada ujungnya --meredup di satu negara naik di lainnya serta habis Delta terbit varians Omicron-- dalam amatan penulis, sektor teknologi informasi komunikasi (TIK) di Tanah Air malah makin berdenyut. Terutama TIK dari sisi implementasi digital lifestyle, yang di dalamnya mencakup perbankan digital (digital banking), uang digital (emoney), perdagangan daring (ecommerce), dan teknologi finansial (technology financial/techfin).
Sisi berdenyut akan terlihat dari linimasa artikel survey yang Sharing Vision lakukan dan eklusif dipublikasikan di detikINET. Pada publikasi 13 Juli 2015, survey ecommerce kami menyebutkan, penggunanya di tahun 2012 hanya 3,1 juta dari total pengguna internet 59,6 juta. Lalu, kemudian menjadi 4,6 juta pengguna dari 72,8 juta (tahun 2013), dan 5,9 juta pembeli dari 83,7 juta (tahun 2014). Bisa dibaca di artikel berikut ini:
Baca juga: Tak Berlebihan dalam Keriaan Digital |
Dua tahun kemudian, periode 2017, ecommerce makin menggantikan proses transaksi konvensional. Survey "Digital Trend 2017" Sharing Vision yang dipublikasikan 13 September 2017 menunjukkan, 20% dari total 160 responden pernah memesan akomodasi skala UKM melalui AirBnb, sehingga transaksi ekonomi digital tak hanya terjadi di bidang kuliner. Bisa dibaca di artikel berikut ini:
Baca juga: GO-FOOD dan Geliat Ekonomi Digital di UKM |
Tiga tahun kemudian, publikasi atas riset kami per Desember 2020 menunjukkan perkembangan ecommerce yang kemudian melekat dengan emoney Di sana disebutkan, dengan melibatkan 1.729 orang responden, 91% responden telah menggunakan uang elektronik tersebut. Bisa dibaca di artikel berikut ini:
Lantas, bagaimana kondisi tahun 2021 ini? Review TIK kami pada awal Desember yang berjudul "Survey eChannel, Fintech, eCommerce dan eLifestyle 2021", kembali menemukan sebuah perkembangan lanjutan yang boleh jadi rekapitulasi femonena sebelumnya.
Jika medio 2015 dan 2017 masing-masing dimulai dan menguatnya ecommerce, lantas tahun 2020 emoney, maka salah satu temuan survey tahun 2021 adalah mulai meningkatnya kripto. 11,8% Responden sudah memiliki aset kripto, 12% pernah jual beli aset kripto, serta 5,3 pernah melakukan mining. Dari persentase tersebut, sejumlah nama aset disebutkan, lihat grafis 1.1 di bawah sebagai berikut:
![]() |
Data tersebut tidaklah muncul tiba-tiba. Dalam opini penulis, situasi ini muncul hanya karena didorong fenomena digital lifestyle sebelumnya yakni imbas kian 'terbenamnya' masyarakat Indonesia pada digital banking, emoney, ecommerce, dan techfin. Simultan, survey kami pada tahun ini juga menunjukkan, makin jarangnya responden menggunakan ATM dan mengakses kantor cabang bank konvensional. Terjadi frekuensi penggunaan yang tumbuh tinggi untuk layanan mobile banking dan internet banking.
Halaman selanjutnya: Penggunaan emoney, ecommerce dan techfin >>>
Simak Video "Tips Bangun Usaha Rumahan dengan Modal Kecil"
[Gambas:Video 20detik]