Microsoft Jepang telah menerapkan sistem empat hari kerja, hasilnya tidak hanya produktivitas meningkat, konsumsi listrik pun menjadi menurun. Upaya serupa tegah dijalankan startup fintech Alami.
Mereka melakukan uji coba pemberlakuan 4 hari kerja dalam seminggu. Sehingga diharapkan karyawan dapat memanfaatkan hari Jumat untuk beribadah, melakukan hobi dan menyediakan lebih banyak waktu untuk beristirahat bersama keluarga.
"Kami memandang karyawan lebih dari sekedar angka dalam laporan operasional. Mereka adalah manusia yang juga memiliki beragam kebutuhan hidup. Pada akhirnya, setiap orang tidak hanya mencari nafkah, pengalaman dan karir di tempat kerja, tapi juga melihat apa yang dilakukan perusahaan yang dapat memperkaya kualitas hidup mereka," ujar Dima, CEO Alami
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah yang dilakukan Alami mengacu pada hasil penelitian Harvard Business Review di tahun 2019. Disebutkan bahwa 64% pemimpin dari perusahaan yang telah menerapkan program 4 hari kerja melaporkan adanya peningkatan produktivitas staf dan kualitas kerja yang terlihat dari berkurangnya absen serta peningkatan kesejahteraan secara keseluruhan.
"Ada berbagai permasalahan dalam hidup setiap orang, seperti masalah kesehatan, keuangan, keselamatan, keluarga di rumah, dan tentunya tidak ada satu pun orang yang menginginkan pekerjaannya menjadi sumber stres tambahan. Perusahaan justru harus mengambil inisiatif, karena stres dapat membawa dampak buruk bagi pekerja dan juga perusahaan," terang Dima
Kekhawatiran Dima adalah kekhawatiran yang juga dirasakan oleh banyak pengusaha lainnya di dunia. Pandemi yang sudah berlangsung selama 18 bulan terakhir telah berdampak buruk pada kesehatan mental jutaan pekerja di seluruh dunia.
Perusahaan dituntut untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas agar dapat bersaing secara profesional di samping menjaga arus keuangan perusahaan agar tetap sehat, yang tidak jarang memojokkan perusahaan untuk melakukan efisiensi biaya produksi, termasuk pemutusan hubungan kerja. Secara tidak langsung, situasi ini memaksa pekerja untuk dapat bekerja lebih cepat, meningkatkan keterampilan dan sering kali mengesampingkan dampaknya terhadap kesehatan fisik dan mental mereka.
Tekanan pada pekerjaan ini turut membebani pekerja di tengah kekalutan mereka dalam beradaptasi terhadap pola kerja jarak jauh, isolasi sosial, ketakutan akan paparan virus dan beban ekonomi di tengah badai resesi dan situasi yang penuh dengan ketidakpastian.
Hal ini kemudian mengakibatkan beberapa masalah terkait sumber daya perusahaan, beberapa di antaranya adalah tingkat burnout yang naik drastis, angka ketidakhadiran yang tinggi, produktivitas dan semangat kerja yang rendah, serta tingginya turnover karyawan.
Di banyak tempat di dunia, jumlah pengunduran diri naik dengan cukup signifikan. Bahkan di Amerika Serikat, lebih dari 4 juta orang melakukan pengunduran diri sejak bulan April 2021 lalu, sehingga fenomena ini disebut sebagai "Great Resignation".
"Langkah ini termasuk dalam ikhtiar kami dalam berkembang menjadi perusahaan yang membawa dampak sosial yang luas terhadap umat. Tidak hanya melalui inovasi pada layanan dan produk kami saja, tapi juga terhadap elemen yang paling dekat pada keseharian kami, yaitu seluruh karyawan yang membuat inovasi-inovasi tersebut menjadi nyata," tutur Dima.
"Harapan kami dengan diberlakukannya program 4 hari kerja beserta program-program yang disediakan di Alami, karyawan dapat bekerja dengan lebih bahagia, dan fisik serta mentalnya pun lebih sehat, yang pada akhirnya akan meningkatkan produktivitas dan semangat kerja," pungkasnya.
(afr/afr)