.webp)
Harga Bitcoin terus saja membumbung tinggi. Bahkan terkini, nilai 1 Bitcoin sempat tembus USD 66 ribu sebelum saat ini ada di angka USD 64 ribu. Dengan demikian jika dirupiahkan, berada di kisaran Rp 900 jutaan.
Seperti dikutip detikINET dari CNN, Kamis (21/10/2021) harga Bitcoin pada bulan ini sudah naik sekitar 44%. Di akhir September, harganya masih USD 44 ribu, bahkan lebih rendah lagi di waktu-waktu sebelumnya. Apa pemicu kenaikan ini?
Rupanya ada semacam kelegaan dan garapan bahwa regulator di Amerika Serikat tidak akan merazia mata uang kripto. Kemudian ada dukungan dari investor besar seperti George Soros dan momen diluncurkannya bursa berjangka (ETF) berbasis Bitcoin pertama di AS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
ETF Strategi Bitcoin ProShares, yang mulai diperdagangkan pada Selasa lalu, naik 3% pada Rabu pagi. Menilik berbagai faktor tersebut, beberapa pakar memprediksi bahwa harga Bitcoin bisa terus terkerek naik.
"Karena momentum ini, kami meyakini bahwa Bitcoin bisa dengan mudah menembus angka USD 100 ribu pada akhir tahun ini," sebut Naem Aslam, analis dari AvaTrade.
Berbagai kritikan untuk Bitcoin, termasuk dari pentolan dunia keuangan, sejauh ini belum dapat menahan lajunya. Salah satu krit tajam baru-baru ini datang dari Jamie Dimon, Chairman salah satu bank terbesar AS, JP Morgan Chase. Ia menyuarakan ketidaksukaannya pada Bitcoin.
Ia menyatakan bahwa Bitcoin tidak ada nilainya sama sekali walaupun di pasar harganya ratusan juta rupiah. "Saya secara pribadi berpikir bahwa Bitcoin itu tidak ada nilainya," kata Dimon seperti dikutip detikINET dari CNBC.
Akan tetapi dia tidak ingin menjadi semacam juru bicara untuk menunjukkan kelemahan Bitcoin itu. "Saya tidak ingin menjadi seorang juru bicara, saya tidak peduli," tambah dia. Namun sejauh ini, harga Bitcoin tak terpengaruh kritik semacam itu.
(fyk/fay)
