Layanan messaging yang tengah naik daun, Telegram, baru saja mendapatkan suntikan modal besar senilai USD 1 miliar atau di kisaran Rp 14,4 triliun dengan menjual surat-surat berharga. WhatsApp mungkin patut waspada karena uang itu akan dipakai Telegram untuk semakin berkembang.
CEO Telegram, Pavel Durov, menyatakan bahwa salah satu investor yang memberi dana terbesar adalah lembaga finansial Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, senilai USD 150 juta. Adapun sisa uang yang didapat Telegram berasal dari investor di seluruh dunia, tapi tidak dia sebutkan pihak mana saja.
"Dana ini akan membuat Telegram bisa terus tumbuh secara global dengan tetap berpegang pada nilai-nilainya dan tetap independen," kata Durov yang dikutip detikINET dari Tech Crunch, Rabu (24/3/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Telegram dan juga Signal mengalami lonjakan pengguna setelah kontroversi aturan privasi yang melanda WhatsApp belakangan ini. Durov pun berulangkali mengkritik WhatsApp dan bahwa menurutnya keamanan Telegram lebih mumpuni.
Dana segar yang diterima itu antara lain akan digunakan untuk mengembangkan sistem monetasi Telegram. Durov sebelumnya mengatakan Telegram butuh ratusan juta dolar per tahun agar tetap dapat beroperasi dengan maksimal.
"Seperti yang saya katakan saat meluncurkan Telegram hampir delapan tahun silam, tujuan akhir Telegram adalah menjadi proyek yang berkelanjutan secara finansial yang bisa melayani sampai dekade-dekade mendatang," tambah Durov.
Telegram saat ini kantor pusatnya berada di Dubai, Uni Emirat Arab, setelah sebelumnya sempat berpindah-pindah ke berbagai negara. Jumlah pengguna Telegram saat ini telah tembus 500 juta orang. Sedangkan WhatsApp masih teratas dengan sekitar 2 miliar penggunanya di seluruh dunia.
(fyk/fay)