Hubungan Facebook dan pemerintahan Trump memburuk di akhir masa jabatan Presiden Donald Trump. Facebook sampai digugat ke pengadilan.
Kementerian Hukum Amerika (DOJ) menuduh Facebook melakukan tindakan diskriminasi terhadap WN Amerika yang melamar kerja di Facebook. Facebook dituduh mengistimewakan pekerja migran yang memiliki visa temporer.
Dilansir CNN, Jumat (4/12/2020) Kemenkum Amerika mengatakan perbuatan itu dilakukan Facebook pada 2018 sampai September 2019. Mereka menuntut ada hukuman untuk Facebook dan ganti rugi terhadap pekerja WN Amerika yang ditolak bekerja di Facebook.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Facebook sudah bekerja sama dengan DOJ untuk mengkaji masalah ini, sementara kami menolak tuduhan yang dikeluhkan. Kami tidak bisa berkomentar lebih jauh untuk urusan ini," kata Jubir Facebook, Andy Stone.
Asisten Jaksa Agung AS, Eric Dreiband mengatakan jika Facebook menolak kesempatan kerja dengan mengistimewakan pekerja asing yang punya visa temporer, maka tindakan itu dianggap salah. Tidak boleh ada diskriminasi dalam kesempatan kerja baik itu WN AS atau WN asing pemegang visa AS.
"Anda tidak bisa secara ilegal lebih memilih merekrut, mempertimbangkan, atau mempekerjakan pemilik visa temporer, ketimbang pekerja Amerika," kata Dreiband.
Pengaduan ini disampaikan kepada Kantor Eksekutif untuk Imigrasi dari Kemenkum AS. Ini adalah kantor yang menangani masalah pekerja migran.
Jika dirunut, ini seperti menjadi titik balik hubungan antara Facebook dan pemerintahan Trump. Awalnya pendiri dan CEO Facebook Mark Zuckerberg dianggap condong kepada Trump saat ramai soal skandal Cambridge Analytica.
Lalu pada awal 2020, Zuckerberg juga dinilai membiarkan postingan provokatif Donald Trump di Facebook. Bahkan Zuckerberg dituduh punya perjanjian rahasia dengan Trump.
Namun sekitar Juli 2020, Zuckerberg tampak berubah sikap dan mulai mengkritik Trump, dimulai soal penanganan Pandemi COVID-19. Lalu Facebook mulai tegas terhadap postingan Trump dan menandai postingan yang provokatif atau berpotensi hoax dari Trump, menjelang Pilpres AS 2020.
Usai Pilpres AS 2020 dan capres Joe Biden unggul atas Trump, Zuckerberg menunjukkan dukungannya pada Biden. Zuckerberg mengatakan Pilpres AS 2020 telah berlangsung dengan adil dan Joe Biden akan menjadi presiden AS selanjutnya.
Langkah hukum pemerintahan Trump terhadap Facebook tampaknya menjadi babak baru dari hubungan keduanya yang terus memburuk.
(fay/fyk)