Penuhnya kapasitas mesin Centralized Equipment Identity Register (CEIR) yang menampung database International Equipment Identity (IMEI) membuat vendor ponsel tak bisa mendaftarkan perangkat barunya.
Menurut pengamat gadget Lucky Sebastian, sebaiknya pemblokirannya dibuka dulu untuk sementara waktu. "Sementara bisa di-loss dulu kan. Sampai selesai CEIR-nya," ujar Lucky saat dihubungi detikINET, Jumat (9/10/2020).
"Cara paling mudah kan di-loss (lepas) dulu lagi, nanti sudah siap kunci lagi, ulang lagi seperti reset dari awal," pungkas Lucky.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya cara ini adalah cara yang paling mudah dan tak mengganggu industri. Terlebih lagi, akhir tahun adalah salah satu waktu utama bagi industri untuk menggenjot penjualan.
"Belum lagi kita masih butuh banyak ponsel buat PJJ (pembelajaran jarak jauh-red) dan WFH (work from home-red), kan efeknya jadi panjang," tambahnya.
Pemerintah sendiri, tepatnya Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), sejauh ini, punya beberapa opsi untuk memecahkan masalah tersebut. Salah satunya adalah dengan melakukan pembersihan data IMEI, yaitu data IMEI aktif saja yang tetap disimpan di mesin CEIR.
Menurut Lucky, kisruh CEIR ini terjadi sepertinya karena kurang kompaknya kerja sama antar instansi. Karena sejak awal terlihat para instansi tersebut saling lempar tanggung jawab.
Ditambahkannya, sebenarnya program pemblokiran IMEI untuk ponsel BM ini sudah sangat baik. Sayangnya implementasi programnya terlihat kurang matang yang terlihat dari masalah yang berkali-kali muncul.
"Ketika tidak kompak, maka setiap masalah tidak bisa ditanggulangi dengan cepat, karena masing-masing beranggapan sudah bekerja sesuai job desk-nya. Padahal masih butuh banyak yang harus dibenahi dari sistem ini sambil jalan, sisi perangkat keras, software, detail peraturan, dan lain sebagainya yang belum sempurna," pungkas Lucky.
(asj/fay)