Sistem otomasi berbasis artificial intelligence (AI) dianggap sebagai salah satu kunci efisiensi dalam sebuah data center.
Sebabnya, mayoritas kegagalan dalam sebuah data center disebabkan oleh adanya human error, atau kesalahan manusia. Menurut survei dari Uptime Institute pada 2019, hampir 70% kegagalan data center disebabkan oleh kesalahan manusia.
Selain itu, otomasi data center akan memangkas biaya operasional sumber daya manusia yang kemudian digantikan dengan AI atau machine learning, khususnya dalam perencanaan, operasional, pengelolaan, dan juga dapat mengoptimalkan konsumsi penggunaan energi agar lebih efisien.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"DCI Indonesia menerapkan teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk mengoptimalkan operasional data center. Dengan penggunaan AI, DCI dapat mengurangi kesalahan manusia (human error) dan juga mencapai waktu kerja yang efektif dan efisien untuk memastikan 100% uptime availability di dalam operasional data center," ujar Toto Sugiri, CEO DCI Indonesia dalam keterangan yang diterima detikINET, Selasa (6/10/2020).
Meski sudah menerapkan otomasi berbasis AI untuk mengawasi data centernya, DCI yang juga merupakan data center tier IV pertama di Asia Tenggara ini tetap mempunyai tim engineer untuk memantau data centernya.
Tim engineer biasanya memiliki peran dalam memonitor dan mengelola agar data center selalu beroperasi dengan normal. Selain itu, mereka juga mengatasi adanya masalah yang muncul. Misalnya, kerusakan perangkat, upaya pembobolan data, back up data, maintenance dan lain sebagainya.
Data center dan transformasi digital
Jika melihat dampak pandemi COVID-19 saat ini, bisnis dituntut untuk bertransformasi secara digital lebih cepat. Untuk memenangkan bisnis di berbagai sektor industri, teknologi menjadi hal yang diutamakan untuk dipertimbangkan.
"Potensi bisnis data center menjadi sangat besar. Selain itu, dari sebuah laporan yang diterbitkan oleh Cushman & Wakefield, dapat dibandingkan dengan negara lain seperti Jepang yang memiliki sekitar 10 Watt per kapita, jika 10 Watt dijadikan patokan dengan asumsi semua penduduk Indonesia menggunakan fasilitas data center yang ada di Indonesia, maka Indonesia memiliki market share di atas 2,6 Gigawatt. Yang diketahui bersama, saat ini size Indonesia 50-70 MW, ini artinya Industri data center di Indonesia dinilai sangat potential," tambah Toto.
Selanjutnya, jika melihat masa depan data center, maka sangat dibutuhkannya data center dengan performa latensi rendah. Padatnya lalu lintas data tentu akan berpengaruh pada kinerja pengiriman data, terlebih jarak lokasi antara pengguna dan penyedia data center cukup jauh. Oleh karena hal tersebut, jika data center tidak berada di negara kita, maka yang akan terjadi adalah tingginya latensi.
Lanskap bisnis data center bisa dikatakan memiliki potensi yang sangat besar pada size. Dilihat dari prediksi perkembangan tahun depan, mungkin Indonesia sudah mencapai 100 MW. Di tahun 2022 mungkin akan mencapai 150 atau 200 MW.
DCI saat ini menyumbang sekitar 44% kapasitas ke pasar data center Indonesia dari total yang tersedia saat ini sekitar 50-70 MW. Di tahun 2021, DCI akan mengoperasikan empat gedung data center dengan total kapasitas 37 MW.
Data center DCI sendiri sudah beroperasi sejak 2013 di Cibitung, Bekasi, Jawa Barat, dan mereka menjanjikan service level agrement (SLA) 100% uptime achievement, alias tak pernah downtime.
100% uptime ini bisa dicapai salah satunya dengan menerapkan AI untuk operasional data centernya, yang bisa mengurangi human error, pun juga mencapai waktu kerja yang efektif dan efisien.
(asj/fay)