Di tengah pandemi virus Corona, masyarakat Indonesia lebih memilih untuk bertransaksi menggunakan pembayaran digital. Lalu apakah ini artinya penggunaan kartu kredit dan debit akan terganti?
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja untuk jangka panjang hal ini mungkin saja terjadi, apalagi saat ini semua transaksi bisa dilakukan dengan mudah menggunakan ponsel.
"Karena buat apa kita di kantong punya kartu kredit dan debit yang tebal-tebal kalau bisa dengan gadget semua all-in-one," kata Jahja dalam webinar sistem pembayaran digital yang dilakukan CNBC Indonesia, Kamis (3/9/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi Jahja menekankan hal ini tergantung pada beberapa hal. Misalnya saat sedang bepergian ke luar negeri, apakah negara yang menjadi tujuan bisa menyediakan jaringan internet yang memadai untuk melakukan transaksi.
Saat berada di dalam negeri ketersediaan internet juga menjadi masalah karena jaringan 4G saat ini belum mencakup semua bagian Tanah Air.
Jahja mengatakan saat ini di Indonesia ada 470 ribu BTS, sangat jauh dibandingkan dengan jumlah BTS di China yang mencapai delapan juta padahal jumlah penduduk mereka hanya lima kali lipat populasi Indonesia.
"Jadi untuk di kota besar lumayan meski di beberapa spot tertentu merasa kekurangan tapi yakin dan percaya dengan APBN yang ada dan ketersediaan anggaran dari pemerintah tentu ini menjadi satu perhatian yang sangat diperlukan," jelas Jahja.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah usia pengguna jasa perbankan yang beragam. Untuk millennial dan generasi Z mungkin mudah saja untuk beradaptasi menggunakan teknologi baru seperti pembayaran digital, tapi bagi pengguna dari generasi lebih tua mungkin sedikit kesulitan.
"Dari yang millennial, mereka mudah sekali. Tapi ada juga yang senior millennial yang tidak mau terusik, tidak mau perubahan," pungkasnya.
(vmp/fay)