Apabila Google mengikuti selera para pegawainya dahulu kala, bukan tak mungkin kalau Zoom akan jadi layanan terpopuler milik mereka, bukan pesaing beratnya.
Sebelum pandemi Corona, rupanya pegawai Google sering memanfaatkan aplikasi video conference besutan Eric S. Yuan itu. Saking nyamannya dengan Zoom, produk Google yang serupa sendiri seakan diabaikan oleh pegawainya sendiri.
Dengan ketenaran Zoom di kalangan Google, beberapa insinyur raksasa internet itu mendesak perusahaan untuk mengakuisisi Zoom pada 2018. Begitu menurut laporan yang diungkap The Information, dilansir Business Insider, Rabu (6/5/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sayang seribu sayang. Diskusi akuisisi itu tak menjadi niatan serius dan sekarang Google punya pesaing berat dalam urusan layanan pertemuan virtual, yaitu Zoom.
Dugaan tidak diakuisisinya Zoom karena perusahaan menghitung biaya server untuk menjalankan Zoom, jika platform tersebut jadi miliknya. Selain itu juga, perusahaan yang bermarkas di Mountain View, AS, itu tidak serius mengevaluasi perolehan Zoom.
Merebaknya virus Corona seakan jadi anugerah bagi Zoom, di mana orang-orang mencari cara baru untuk tetap terhubung dan berkomunikasi saat mereka harus di rumah guna menekan penyebaran COVID-19.
Google memang punya Google Meet yang mana bernama Hangouts. Untuk menarik pengguna Zoom, Google telah melarang pegawainya memakai platform pesaingnya itu dan memberikan akses gratis untuk sementara kepada publik yang ingin menggunakan Google Meet.
Belum lama ini, Zoom mengatakan memiliki 300 juta pengguna aktif harian. Sedangkan Google dalam penuturan Sundar Pichai menyebutkan pada kuartal pertama, pihaknya menambah sekitar tiga juta pengguna panggilan video, naik dari dua juta per hari yang dilihat perusahaan pada bulan Maret.
(agt/afr)