Jakarta -
Kebanyakan orang mungkin mengenal
Samsung sebagai perusahaan pembuat berbagai peralatan elektronik, dari mulai ponsel, kulkas, sampai mesin cuci. Namun di balik itu, Samsung ternyata jor-joran berinvestasi di bisnis pembuatan chip.
Investasi Samsung di bisnis itu tak main-main, mencapai USD 116 miliar atau sekitar Rp 1.619 triliun yang akan digelontorkan selama satu dekade. Perusahaan asal Korea Selatan itu berinvestasi besar-besaran untuk memperkecil ukuran transistor yang dipakai dalam chip, menggunakan proses bernama extreme ultraviolet lithography (EUV).
"Pasar baru sudah terbuka. Perusahaan seperti Amazon, Google, dan Alibaba, yang tak berpengalaman dalam mendesain silikon, berusaha untuk membuat chip sesuai konsepnya sendiri untuk meningkatkan layanannya. Saya pikir hal ini akan membawa hal baru untuk bisnis chip non memori kami," ujar Yoon Jong Shik, executive VP di bisnis foundry Samsung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Samsung sendiri saat ini punya pangsa pasar yang kecil di bisnis chip, hanya 18%, kalah jauh dibanding Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (TSMC) yang pangsa pasarnya lebih dari 50%, demikian dikutip detikINET dari Bloomberg, Jumat (27/12/2019).
TSMC adalah perusahaan yang memproduksi untuk perusahaan seperti Google dan Qualcomm. Mereka juga mengambil alih produksi chip A milik Apple dari Samsung. Untuk itulah, Samsung berencana menggelontorkan USD 10 miliar setiap tahunnya untuk peralatan, penelitian dan pengembangan, selama satu dekade ke depan.
Meski sebenarnya TSMC ternyata juga jor-joran untuk belanja modal dalam mengembangkan bisnisnya, mencapai USD 14 miliar untuk 2019 ini dan setahun ke depan.
Selain menggenjot teknologi pembuatan chipnya, Samsung juga mengirimkan para ekskutifnya untuk berkunjung ke kota-kota seperti San Jose, Munich, sampai Shanghai, untuk memamerkan dan bernegosiasi dengan perusahaan yang berpotensi dijadikan konsumen mereka.
"Kompleksitas untuk membangun peralatan EUV setara dengan membangun pesawat luar angkasa," ujar ES Jung, presiden dan GM bisnis foundry Samsung saat meresmikan pabrik EUV mereka di Hwaseong, Korea Selatan yang bernilai USD 17 miliar.
Sebuah mesin EUV yang dibuat oleh ASML Holding NV nilainya mencapai USD 172 juta, dan Samsung mempunyai lusinan mesin tersebut di pabrik Hwaseong, dengan harapan mereka bisa selangkah lebih maju di teknologi ini. TSMC dan Samsung diperkirakan bisa mencapai proses pabrikasi 5nm pada 2020 mendatang.
"TSMC terlalu sibuk dengan berbagai pesanan untuk produk baru karena kita akan masuk ke era 5G. Bagi Samsung, itu adalah kesempatan bagus untuk memperbesar pangsa pasarnya dengan menawarkan harga yang lebih murah dan memenuhi jadwal pengiriman barang sesuai keinginan kliennya," ujar Greg Roh, SVP di Hyundai Motor Securities.
Dan usaha Samsung ini sudah menunjukkan hasilnya. Kini sejumlah pabrikan ponsel sudah memilih Samsung untuk produksi chipnya. Contohnya Vivo, yang akan menggunakan chip Exynos 5G di ponsel buatannya. Samsung pun akan memproduksi modem 5G Qualcomm menggunakan proses EUV tersebut.