Itulah yang menjadi salah satu alasan Moses Lo, Tessa Wijaya, Bo Chen, dan Juan Gonzales untuk membentuk Xendit pada 2015 lalu. Xendit beroperasi sebagai payment gateway pada 2016, dan memajukan sistem pembayaran di Indonesia adalah misi mereka.
Xendit sendiri adalah lulusan dari inkubator YCombinator di Silicon Valley, Amerika Serikat. Mereka memilih Indonesia sebagai tempat memulai usaha karena ada banyak kesempatan untuk mengembangkan produk di sini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Xendit berusaha untuk menyediakan produk-produk unggulan dalam bidang teknologi keuangan (financial technology). Melalui beberapa eksperimen dan riset product-market fit, para founder memutuskan untuk memusatkan perhatian untuk membangun gerbang pembayaran setelah mendapatkan umpan balik dari beberapa calon konsumen.
Xendit mulai beroperasi sebagai gerbang pembayaran di Indonesia pada tahun 2016. Yaitu saat banyak wirausaha belum dapat menemukan layanan pembayaran yang sesuai dengan standar yang mereka inginkan - integrasi yang mudah, cepat dengan pelayanan yang baik.
Melihat situasi ini, Moses dan Tessa mencoba menjawab permasalahan yang ada dengan memperhatikan tiga hal penting tersebut. Teknologi yang dikembangkan oleh Xendit menyederhanakan proses integrasi ke berbagai fitur sistem pembayaran yang dapat digunakan secara mudah oleh berbagai macam jenis usaha.
Saat ini Xendit melayani berbagai macam bisnis di Indonesia yang memerlukan layanan pembayaran online. Klien-klien Xendit sangat beragam, mulai dari UMKM, startup, hingga korporasi besar, seperti Traveloka, Tiket.com, Orami, dan Style Theory.